Mohon tunggu...
Goodgrade Wachid
Goodgrade Wachid Mohon Tunggu... -

Lelaki yang pernah bercelana 38 up, sekarang 30 target six-pax.Ingin berbagi rujukan dan catatan perjalananku mengenali lemak dan kolesterol yang dianggap musuh manusia tanpa studi yang jelas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cara Anda Ramping Mudah yang Ilmiah (3)

20 Juni 2014   18:35 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:59 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Inilah aturan dasar penurunan berat badan.

Kurangi kalori masuk, tambah kalori keluar. “Eat less, move more” Sederhana. Nasehat ini yang sering kita dengar dari dokter, dengar di TV dan di radio tetangga,koran dan blog-blog seperti Kompasiana ini.

Adakah jalan lain?

Bagiku, yang pernah mengalami obesitas, adalah pilihan yang tak menyenangkan, mengurangi makanan dan olahraga lebih banyak. Tak adakah pilihan yang lain? Bahkan, apakah paradigma "calorie in calorie out" valid?

Percobaan Sondike

Detail: 30 remaja kelebihan berat badan dibagi secara acak menjadi dua kelompok, diet rendah karbohidrat tinggi lemak dan kelompok diet rendah lemak. Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu. Kedua kelompok remaja tidak diperintahkan untuk membatasi kalori.

Mari kita lihat grafiknyasupaya mudah dan jelas.

Kelompok rendah karbohidrat atau pemakan lemak tinggi ini kehilangan 9,9 kg ( 21,8 lbs), Kelompok rendah lemak kehilangan 4,1 kg ( 9 lbs). Walaupun kelompok tinggi lemak mengasup kalori lebih banyak ketimbang kelompok remaja lemak rendah.

Jadi aturan dasar penurunan berat badan, "eat less move more"  tidak didukung dalam percobaan ini. Kalori dari lemak tidak sama dengan kalori dari karbo. Dari sinilah kita mendengar istilah "calorie is not calorie"

Perbedaannya adalah signifikan secara statistik

Bagaimana nasib remaja yang dilepas makan lemak sangat tinggi dalam hubungannya dengan resiko penyakit jantung?

Waduh, remaja pemakan lemak tinggi ini kolesterolnya malah turun. HDLnya ,"kolesterol baik", malah naik. LDL nya, "kolesterol jahat", juga turun. Semuanya lebih baik dibandingkan dengan remaja yang menghindari lemak.

Trigliserid nya malah turun jauh melampaui remaja yang menghindari lemak.

Padahal baru tahun 2001, trigliserit dinyatakan :" Untuk pertama kalinya, para peneliti telah menyatakan bahwa trigliserida tinggi - lemak darah - merupakan prediktor independen yang kuat dari risiko seseorang terkena stroke" Laporan Circulation: Journal of American Heart Association. "Trigliserida tinggi berhubungan dengan stroke iskemik dan serangan iskemik transient (TIA),"

Pengertian kita tentang lemak.

Sementara ini kalau kita makan lemak terutama saat Idul Fitri dan  Idul Adha, katanya kita akan terkena stroke ? Ada dokter yang bilang setiap habis lebaran, rumah sakit penuh dengan orang yang berkolesterol tinggi karena makan opor, sate, soto, gulai dan segala yang bersantan. Kita tahu santan lemak jenuhnya hingga 92%.

French Paradox - Efek jangka panjang makan lemak

Ada artikel yang menyeruak mempertanyakan efek jangka panjang dari memakan lemak tinggi. Mari kita lihat gambar di bawah ini mengenai The French Paradox, yang aku ambil dari situs ini http://lolalollipop.com/99-youre-eating-butter/

Wanita Amerika terkejut melihat teman Prancisnya masih makan makanan lemak tinggi. Inilah kandungan lemak butter =  99%, croissant = 47%, pate de foie gras = 86%,  cheese = 72%.Semuanya bukanlah makanan yang akan dianjurkan di Amerika. Kenapa orang Prancis ini bisa makan 3 kali lipat jumlah lemak yang dimakan orang Amerika namun mereka lebih ramping dan mempunyai kejadian penyakit jantung lebih sedikit dari orang Amerika?

Studi Sondike ini sedikitnya bisa menjawab bahwa mereka yang mengasup lemak tinggi, ternyata lebih ramping dan resiko penyakit jantungnya lebih rendah. French Paradox bukanlah paradox. Memang orang yang mengasup lemak tinggi,   akan mendapat tubuh ramping dan terjauh dari penyakit jantung. Jauh berbeda yang ditiup-tiupkan oleh dokter yang merangkap sebagai "ahli nutrisi".

Studi ke 3. Sondike SB, et al. “ Efek diet rendah karbohidrat pada penurunan berat badan dan faktor risiko kardiovaskular pada remaja berkelebihan berat badan “. Effects of a low-carbohydrate diet on weight loss and cardiovascular risk factor in overweight adolescents. The Journal of Pediatrics, 2003.




Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun