Mohon tunggu...
Gonza Himada
Gonza Himada Mohon Tunggu... Novelis - Master Gonz

Menulis untuk keabadian, Bercerita Mencerahkan Jiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penyebar Gambar Porno

14 April 2020   09:45 Diperbarui: 14 April 2020   10:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memiliki sahabat yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Minggu lalu dia mendadak meninggal dunia, karena kecelakaan lalu lintas. Aku memohon kepada Allah agar merahmatinya. Dia meninggal dunia, bukanlah persoalan. Toh, kita semua pasti akan meninggal juga. Namun yang jadi persoalan adalah temanku ini pandai bermain internet. Ia mahir menemukan situs-situs porno dan mengumpulkan gambar-gambar wanita bugil. Dia juga memiliki beberapa orang anggota yang terdaftar di situs tersebut untuk ia kirimi gambar-gambar yang baru ia dapat ke email mereka.

Pemuda ini meninggal tiba-tiba. Celakanya, kami tidak tahu password yang digunakan untuk mengubah atau mengunci situs tersebut. Saat menunggu salat untuk jamaahnya di masjid, aku terus memikirkan itu. Aku berjalan mengiringi jenazahnya yang berada dalam keranda. Aku berpikir, apa yang akan ia hadapi di dalam kubur nanti, gambar-gambar porno?

Kami tiba di pekuburan. Tempat yang menakutkan. Orang-orang berdesakan di pekuburan itu. Aku melongok ke dalam liang kubur yang sudah digali. "Emm, bagaimana keadaan temanku di liang kubur ini?" Aku lihat sebagian orang menangis. Aku berkata dalam hati, "Apakah tangisan kalian dapat menolongnya?"

Kami pun mengubur jasadnya, kemudian pergi meninggalkannya sendirian dalam liang kubur yang gelap itu. Keluarga dan harta bendanya telah pulang. Yang tinggal hanya amal ibadahnya. Tak seorang pun yang tahu pasti amal ibadah temanku itu.

Suatu hari, ibunya bermimpi: serombongan anak kecil lewat lalu mengencingi kuburan anaknya itu. Si ibu bertanya-tanya, apa arti mimpinya itu. Sayang, ia tidak tahu rahasia yang disembunyikan sang anak. Aku pun mendengar mimpi ibu temanku itu, aku berkata dalam hati, "Itu tidak perlu diartikan. Semuanya sangat jelas, anak-anak kecil yang mengencingi kuburan adalah mereka yang dikirimi gambar oleh anaknya itu. Orang-orang yang dikirimi gambar tersebut itu pun mengirimkan gambar tersebut kepada kenalan mereka. Duh, bagaimana mungkin temanku itu mampu menanggung semua dosa mereka?

Aku berusaha keras untuk membebaskan temanku dari jerat dosa yang semakin membelitnya. Aku berkirim surat ke provider yang menyediakan layanan situs agar menghentikan keanggotaan situs temanku itu. Mereka menolak, bahkan tidak mempercayaiku, karena aku tidak tahu password situs itu. Aku berteriak pada mereka, "Hei, orang yang memiliki situs ini telah meninggal dunia!" Namun, mereka tidak sedikit pun menggubris seruanku.

Aku terus memikirkan nasib temanku itu. Memang benar, di antara manusia ada orang yang membuka pintu kejahatan dan mengunci pintu kebaikan. Dan aku kira temanku adalah salah satunya. Berkali-kali aku nasehati dia, "Kamu mau menanggung dosa orang banyak? Apa yang mendorongmu hingga mau membuka pintu kejahatan bagi orang lain? Apa kamu sanggup memikul dosa-dosa mereka di pundakmu, pada hari kiamat kelak?" Namun ia tidak mau mendengar sedikit pun ocehanku. Dalam pandangannya, anak muda harus pandai bergaul. Dan apa yang dilakukannya itu hanya untuk hiburan semata.

Aku berlindung kepada Allah. Berapa banyak pemuda yang melihat gambar-gambar itu lalu mencontohnya dan terjebak dalam perbuatan keji? Berapa banyak pula para gadis yang melakukan hal yang sama?

Temanku itu telah meninggal dunia. Namun, ia tetap akan diminta pertanggungjawaban atas setiap gambar yang ia lihat, dan mereka lihat, atas setiap tindakan keji yang ia lakukan, dan mereka lakukan, atas setiap gambar yang ia sebarkan, dan mereka sebarkan. Aku tidak tahu, sampai kapan temanku itu akan menanggung dosa-dosa mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun