Sayap sayap yang kau bentang mengudara,menembus asamu yang kau pahat pada langit.
Awan gelap, apakah itu malapetaka ?
Bila kau melayang di angkasa warna,
matamu menjelma pelangi...
Kota-kota memancarkan semburat gaduh
melesatkan segala daya tipu menipu,
persis satu negeri yang ku pijak kini...
O..nyala lidah api di tanahku menjilati pohon-pohon
di lembah dan sungai-sungai peradaban manusia.
Merpati-merpatiku, Â kau adalah kumpulan mangsa...
yang bertanda pelangi dan warna kesumba,
Sebentar lagi, bentangan sayapmu retak gemeretak
Di tembus berbagai panah-panah hura hara,
Yang ia kokang ke jidat-jidatmu,
kau gelimpangan ! , tangan-tanganmu merayap !
Merpati-merpatiku, kau matahari yang terseok-seok
Di ombang ambing cuaca dan angin,
bila "musim" itu tiba, langit-langit tanpa atap
Segelap isu...
Isu segelap matahati yang buta ! Â
O..merpatiku, bangsaku...
Tariklah sejenak nafas panjangmu.
Surabaya, 23 Maret2019
Rasull abidin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H