Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Senja Memudar

31 Desember 2018   21:32 Diperbarui: 31 Desember 2018   21:39 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by. Detik Travel.com

Kita bertemu disini,saat akar senja mulai keluar di lipatan garis-garis wajah
dan cahayanya yang mulai temaram
Sungguh menghayutkan aku mengejar lari matahari

kita sama sama memendam liku-liku peta jalan
dan kita menjelma cawan kota,
Tumbuh di puing-puing reruntuhan berserak
dan sepi
Wajah kita yang gagah,
mekar di bawah asuhan gemerlap lampu jalan
kita hias kegelapannya  
dan kita berjalan dengan terseok-seok
menjalari celah celah bimbang yang tidak sederhana

kita bertemu lagi,
disini, diantara bias cahaya bulan menembus akasia
persis di belakang julang tembok penjara
Kudengar ringkih dahakmu,
tak berdaya
tertelan kecipak pancuran hujan menghujam comberan.
Getir-getir masam yang kita lahap
kini,
telah rimbun ilalang di kepala kita,
Tapi dikotamu aku merasa muda lagi
karna lampu-lampu trotoar menyinari mataku
lihat,
orang orang di sepanjang trotoar bebas berjalan
membuang gamangnya sendiri,
orang orang bebas bersolek
menikmati remang lampu-lampu asongan

Dan kita disini, saling berpandangan
Bibir kita gemetaran
dengan mata sembab menatap ringkih rupa kita.
O...kita telah buta,
cahaya senja di mata kita telah sekian lama memudar.

Surabaya, 29 Des 2018
Rasull abidin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun