Coretan di tembok penjara, Â
Ditulis lantaran mulutnya tak bisa bicara Â
Menulis karna kemelut tanya. Â
Keadilan yang tak adil dimata merah pengadilan, Â
Keadilan yang mana? Â
Pengadilan yang di sulap menjadi adil?
Dalam tembok penjara, Â
pandangan mata ditutup awan hitam, Â
Meraba-raba, dan bila luput Â
Tangannya mencakar ke udara,Â
Bisa saja....
Petani lembah lapar mencabut singkong tuannya
Upah dua kepeng sehari,kadang menunggak.
Kemiskinan adalah bendera ketidakberdayaan
Sinyal keterpaksaan disambar konglomerat
Lalu merampas tanah lembah dan pegunungan
Itulah warisan penjajah,
Bisa saja...
Buruh marah lalu membakar pabrik tuannya
Karna korban phk,
Atau maling ayam yang teledor
Karna bayinya kurang giziÂ
Bisa saja...
Seorang babu mencuri beras majikannya
Lantaran dirumah tiga anaknya merengek minta makan
Coretan kegamangan, serapah
Dan kecoa senggama keluar dari ubun-ubun
Gambar kita,
Lantaran tatawarna tak punya makna
Kita menghamba,
Pada tatanan warisan penjajah
Kita menghamba pada kemakmuran yang tidak makmur
Tembok penjara dihias ratapan air mata
Dan diluar sendiri
Kita melongo,
Sandiwara di gedung pengadilan,
Menghibur kanak-kanak dan mahasiswa
Dan seluruh rakyat nusantara.
Surabaya, 21 Juni 2018
Rasull abidin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H