Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Pancaroba

12 September 2017   14:26 Diperbarui: 12 September 2017   14:33 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. Ronggo Agus W.

Mereka bicara tentang hari ini,

Di gubuk, pinggiran parit kecil.

Mereka bersandaran tangan dikepala

Kemarau,

Desah angin hangat memainkan ilalang,

Musafir datang...

Hanya sebentar lalu, berlalu memandang awan,

Biru telaga tak akan kering

Kepiting, belut, capung sembunyi.

Menunggu senyap

Dari gemeruh badai tiada tanda,

Tiada akhir....

Seharian bocah-bocah telanjang dada,

Menunggu selendang bidadari tak juga ada.

Remuk redam

Lolongan katak kerdil penentang sunyi,

Kini jadi hirup pikuk

Kerbau melenguh,

Anak-anak itik kocar kacir membentur batang kering

Orang-orangan sawah

Merindu pipit-pipit mencicit

Ketika suara saling bersambut

Hilang musnahlah kemana...?

Tinggalah kerontang,

Menjelajari retak tanah kian berjengkal

Biru telaga tak berfikir,

Gerangan apa yang terjadi..?

Bias-Bias pancaroba,

Samar-samar dalam remang,

Suara tak bertuan mulai ramai kepermukaan.

Kerbau masih melenguh,

Bocah-bocah ditengah ilalang

Dengan kincir-kincir kertas menembus batas

Biru telaga tak pernah kering

Burung bebas lepas dari lapas...

Petani-buruh, tinggalkan kerontang

Terbius indah perkotaan,

Tergelincir menjelma gelandangan,

Terhimpit, jadilah kuli-kuli serampangan

Terpedaya di gang-gang pelacuran,

Lalu menjelma bak bunga-bunga plastik

Dan keberanian musnah di gerogoti virus materialistis

Mereka berbincang, menyeruput kopi

Diskusi tak berhenti,

Manggut-manggut, burung kuntul berkeluh kesah

Biru telaga tak akan kering,

Airnya mengalir menjelajari tanah kering

Tapi hanya sebatas simbol

Di atas papan tulis dan gedung-gedung megah masa kini.

Surabaya, 12 Sept 2017

Rasull abidin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun