Kau berbisik
Hembuskan angin panas
Ke tengah lautan pendengar setia
Yang khusuk ,
Dengusan nafas...nadanya...
Dan huruf hurufnya supaya jelas
Masuk semua ke telinga
Kau berbisik
Lantaran peluh dingin bercucuran
Di bawah bayang sunyi
Dalam kepekatan gelap penjara
Dan tempias warna matahari
Gempar...
Lantaran bisikanmu
Menghunus pedang mengkilat tajam
Gemuruh genderang perang,
Menyisahkan sekian pertanyaan
Yang meresahkan
Walau untuk tidur yang sedikit panjang
Lantaran kau lempar topeng hitam
Dengan mata merah menyala
Menelanjangi dewa dewa
Yang bertahta di atas awan
Hingga terkencing dalam celana
Dan pastilah yang keluar
Adalah gemuruh petir yang membakar
Hari ini,
Negeri ini menjadi gempar
Lantaran para dewanya saling menuding
Dan jeritan-jeritan bayi yang keluar
Tak tersentuh tangan para bidan
Atau di buang di comberan
Tapi,...
Kegemparannya bukanlah kegaduhan
Hanya alunan nada riang
yang terdengar
Oleh dia...olehmu...oleh mereka
bahkan oleh seniman
Dan lakon-lakon percintaan
Gempar...
Negeri ini tetaplah gempar
Lantaran beribu Topeng hitam lebih hitam
Di bagian jiwanya,
Melepaskan suara-suara duka
Yang merana,
Dari mereka rakyat indonesia.
Rasull abidin, 02 Mar 2013
Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H