Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pergantian Tahun

1 Januari 2014   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pergantian Tahun

Berilah aku waktu....

Dan akan terpampang lipatan waktu yang terbuang,

Dan akan ada sejuta harapan yang akan menghadang,

Pada kehidupan yang terus berjalan.

Berilah aku sedikit waktu...sedemikian permohonanku,

Biar kau teruskan menjadi Raja,

Tapi aku tetaplah pesimis

Tapi aku merasa ngeri...

Bukan karena cakar cakar tajammu,

Bukan karena tangan serigalamu...

Tapi fikiran dari manusia manusia berwajah serigala

Yang telah meresahkan,

Yang telah terkontaminasi

Atau mereka yang membawa virus materialistis...

Berilah aku waktu....

Biar keadaan bisa terbaca dalam fikiran,

Bukan dari teori teori yang di import

Dari tekhnologi kaum kapitalisme,

Kita wajib berkumpul disini tanah moyang sendiri

Bersama sama Merumuskan keadaan kita sendiri,

Dan merefleksi fikiran kita sendiri...

Sudah semestinya bangsa ini milik kita sendiri

Dan jaman akan semakin sulit,

Bila kita di dikte oleh fikiran fikiran yang sempit

Yang di rangkum oleh ahli tekhnokrat

Yang mementingkan perut mereka sendiri...

Lihatlah...lihatlah !!!

Gelimang air mata rakyat meratapi keadaan,

Raut wajahnya lesu...

Fikirannya semakin kalut, apalah arti pergantian tahun...

Semangatnya telah ia gadaikan pada langit yang berawan...

Dan berilah mereka pekerjaan,

Dan kehidupan haruslah tetap berjalan.

Lihat...lihatlah !!!

Dijalanan semakin semrawut...

Para dewanya saling melempar ide...

Yang di supply dari fikiran kapitalis

Tapi untuk siapa ?

Tapi untuk apa ?

Apa untuk kaum melarat ?

Atau untuk para konglomerat ?

Yang makin terbahak dengan cerutu diruang makan...

Dan mereka tak pernah puas...

Tapi di tapal batas negeri ini...

Tak ada jejak jejak fikiran membangun negeri,

Penderitaan kian menerjang

Karena ribuan anak anak mereka termangu

Tak tersentuh pendidikan,

Tak terusik pembangunan

Dan borok borok mereka semakin menganga

Di jilat gerombolan lalat yang kelaparan.

Dan berikan aku waktu...

Untuk menyimak negara ini menjadi milik kita sendiri.

Rasull abidin, 01 jan 2013

Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun