Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilkada Bukan Notasi Asal Bunyi

23 Januari 2025   09:58 Diperbarui: 23 Januari 2025   09:58 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konotasi notasi bukan utopia. Bukan pula bunyi kepalsuan. Notasi, alur realitas frekuensi irama, tempo, di ketukan dalam nada pantul gravitasi alam natural. Kewajiban lebih baik menimbang, membangun konsepsi kerja terbuka seluas lapangan bola, rencana estafet pencapaian gol ke gawang. Dibanding jadi koruptor di siang bolong lantas disergap petugas negara setia pada NKRI.

Niskala meruang subtil sulit diterka ujungnya, tak semudah melihat hulu ke hilir perjalanan air. Itu sebabnya pula wajib belajar kesabaran silakan bertanya pada kebijaksanaan hati nurani. Haramkah manipulasi? Haramkah korupsi? Sebelum berani melangkah menuju ruangruang bermanfaat untuk memangku kebijaksanaan publik.

Kartini, telah menulis cintanya kepada tanah kelahirannya. Dia kabarkan kepada para sahabatnya, tentang sebuah negeri indah, membuatnya belajar sabar memutuskan memenangkan cintanya pada tanah airnya, setia, bertahan, pada tujuan dari suatu citacita-memecah belenggu-mencapai kemerdekaan tanpa tapal batas. Kartini menulis catatan cintanya, menjauh dari euforia modernisme politik, genit.

Ada banyak kisah tentang etos keberanian memutuskan pada lini kebenaran, dari sebuah negeri para petani, negeri para nelayan, buruh, negeri para leluhur purba, negeri pelangipelangi, negeri pepadian di antara hutanhutan, pepohonan, negeri orangorang memberi cinta, di antara danaudanau, pegunungan, sungaisungai, pulaupulau di antara lautan maha luas, negeri pemersatu para kultur, negeri tak pernah lelah.

Negeri para penyair, para pujangga, para cendikiawan, budayawan, agamawan, ilmuwan, negeri multikultur, negeri para seniman, negeri tongkat kayu jadi tanaman, subur makmur, negeri citacita. Negeri seperti sebuah buku putih, selalu lahir kembali, menjadi penciptaan, karyakarya kerja perjuangan, tanpa pengkhianatan, ketika, citacita belum menjadi sistem kepentingan tanwujud simbolis.

Lantas ketika simbol-simbol menekan lini kebudayaan massa, W.S. Rendra, melahirkan antologi sajak-sajaknya, Potret Pembangunan Dalam Puisi-1993. Di tengah repelita-kekuasaan rezim orde baru. Demi kemaslahatan saudara setanah air. Kini keadaan telah bergulir kearah kebijaksanaan bersama, ketika pilihan ditentukan rakyat melalui 'Pilkada' sebagaimana telah diatur, di undangundangnya. Semoga kan tiba di surga kemaslahatan terbaik.

Pilkada, kewajiban membentang sajadah langit dalam zikir nurani untuk kebahagiaan, keadilan, kejujuran bersama kebijaksanaan kepentingan negara-bangsa, suatu keinginan kerja demi publik, tentu, bukan kalkulasi untung rugi personal dalam jurnal kalkulator. Mampukah seorang manusia mengabdi untuk publik dengan iman bening nurani, dalam sujud bersama di sajadah langit.

Sebuah citacita dimulai, dibangun oleh realitas invidual maupun bersama demi memimpin kemaslahatan citacita bersama pula. Bukan sekadar imajinasi layar terkembang di biduk menuju entah sekalipun tujuan telah ditasbihkan. Sang Pencipta, senantiasa mengawasi dengan saksama.

Hanya keteguhan iman nurani, mampu bertaut menjadi zikir akbar dalam berita acara kehidupan. Melahirkan asas pada karya atau hasil kerja. Semoga tak mudah lelah, berhenti di satu halte. Teruskan perjalanan sebaiknya dalam kerukunan cinta kasih. Ketika masuk lingkaran, iman-pilkada. Pilkada wajib menumbuhkan harapan baik untuk publik. Amin. Salam baik saudaraku.

***

Jakarta Kompasiana Indonesia, Januari 23, 2025
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun