Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Neokanibalisme

11 September 2024   11:17 Diperbarui: 11 September 2024   11:18 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngobrol nyambi ngopi yuk! 

Langit luas itu, ada, banyak angin sepoisepoi, ada badai, ada awan badai kumulus, di balik mendung ada panas, demikian pula sebaliknya, ada hujan ada panas jadi embun, ada api ada asap, ada angin puting beliung datang pergi kapan saja di mana saja.Ada bencana, ada keberuntungan, perilaku ada dua kan, baik buruk, jelek cakep, kiri kanan, seolaholah saling melengkapi. Apa benar begitu. Enggak tau deh, mungkin, tergantung pada perintah dari syaraf otak di kepala makhluk hidup, manusia.

Sepintas selalu terlihat ringan, serupa iklan minuman ringan. Serupa beragam istilah, di dalamnya mengandung atau terkandung arti, inheren tujuannya dari kerangka pemikiran, desain. Mau ke Pasar baru naik angkot, karena suatu hal akhirnya naik taksi. Mau beli baju jadi beli ember. Mau beli ember jadi beli mobil.

Pengaruh pada perilaku makhluk hidup tergantung siklus; pola ketika itu, langsung maupun tak langsung. Waktu lampau disadari atau tidak, terlihat tidak namun disadari, hingga titik kulminasi tertentu. Jadi keputusan, memutuskan, untuk membeli atau menjual. Mungkin makhluk hidup punya database; program tekno sains natural di otaknya berisi sejumlah sel eksak non eksak tak terhingga. Ye kale.

Ada berbagai ilmu, semisal, psikoanalisis, arsitektur, ilmu sosial; merupakan ilmu temuan ras manusia pun berdasar pada hal sains tekno natural, alias, sains tekno Ilahi. Makhluk hidup hanya mampu sampai pada kelas meniru ala tiruannya saja. Uhui!

Antara lain contoh ringan; hand phone hidup dari frekuensi, gravitasi natural, siapa pembuat sains tekno natural itu. Apakah makhluk hidup sekelas ras manusia. Bener nih, mampu membuat frekuensi dan gravitasi. Yakin bisa. Ehem.

Mungkin, itu sebabnya pula ilmu dari hasil meniru ilmu; manusia bersifat dualisme, ada manfaat ada mudarat, positif negatif, oleh sebab akibat; manusia hanya mampu meniru.; Sains tekno Ilahi.

Lantas manusia hanya mengenal kesimbangan seratus persen unsur telah diciptakan-Nya, lantas lagi manusia si lemah hanya mampu belajar memahami baik benar, eksak natural; kalau bisa jujur bagus, kalau tidak ke laut saja, dari pada jadi manusia pencuri uang rakyat telah dititipkan pada negara.

Hasil serapan manusia tergantung pada apapun jawabannya, ada pada otak personal makhluk hidup; manusia. Kalau dunia manusia mengenal kalimat, mau kemana, mau jadi apa, dalam arena siklus serapannya terolah di selsel otak personalnya; semisal lagi nih ya, bangga banget bikin sesuatu bersifat destruktif nuklir buat perangperangan. Yak ellah.

Contoh lagi nih, semisal, makhluk hidup sekelas manusia, memilih kata; neo, untuk bertahan hidup, inheren untuk makan minum, lantas memilih, neokanibalisme, misalnya; lebih berbahaya dari isme apapun loh.

Neokanibalisme, bersifat oportunis, adaptif, ada loh hadir loh, lah itu koruptor bahkan bisa adaptif jadi superbunglon atau marmut kale; contoh lagi nih, pada ranah watak koruptif, pada oknum ras manusia kelas koruptor tak pernah habis di makan zaman, di benua manapun. Nah loh. Rame deh. Maling teriak maling.: Romo ono maling. Hura!

***

Jakarta Kompasiana, September 11, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun