Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Koran Ada di Meja Demokrasi Kemane?

9 Agustus 2024   14:45 Diperbarui: 9 Agustus 2024   14:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Photo Doc Kompas.com

Masih seputar perilaku manusia memanusiakan manusia. Sebagaimana kebutuhan personalnya. Mau bermewah ria ha.ha.ha ataukah tetap sederhana dalam arti umum deh. Mungkin jadi relatif kalau secara umum, kalau secara khusus agak sulit, kebutuhan makhluk manusia beda-beda, kudu tertib antri.

Repot dikit tapi okeh, teratur. Mau di atur patuh pada aturan Ilahi telah ada di dalam undang-undang moral publik. Nah itu syariatnya. Enggak susahkan. Bukan mengatur lalu tidak teratur diam-diam dilanggar sendiri. Catet neh cuy.; Ilahi Hadir Senantiasa. Nah kalau sudah paham kenapa ente sulapan di rumah kendiri kuy yak ellah.
 
Kalau sudah diatur oleh aturan untuk tertib kan asik tuh. Naik kendaraan umum jenis apapun rame-rame tertib teratur karena sudah diatur. Enak kan, sekalipun penuh sesak berdesakan saat-saat jam sibuk, pada waktu seperti itu sedang aktif produktivitas dari kegiatan personal maupun publik menuju cita-cita. Cakep.

Ada alegoris, semisal, di kurun waktu kemudian peninjauan pada kisah epiknya. Apakah makhluk itu tumbuh menjadi manusia amat bijaksana, atau sebaliknya, sukses jadi manusia pemuja jejadian, cari pesugihan, sukses pula  jadi siluman, hobi beli jimat agar lolos dari jerat hukum akibat patgulipat. Nah loh gawat. Kemana itu akhlak.

Be happy? Oke. Jalan pintas ingin cepat kaya emangnya kudu selingkuh? Iyau! Panjang antrian hotel gratisan untuk kaum hobi melipat dalam lipatan. Mendengar kalimat berbohong, pikiran sampai pada titik jenuh. Eit nanti dulu. Enggak boleh gitu dong. Kalau jenuh membaca taklimat; tipu menipu. Apa ada hal lebih seru daripada itu kah?

Begini, berbeda dengan menyeduh kopi. Jelas beda. Kalau kopi tumpah semeja makin sedap harumnya persahabatan makin apik, makin geulis. Sembari ngopi bagai melihat kisah Srikandi versi Wayang Purwa, di layar wayang kulit.; Bisma terkapar oleh panah Srikandi. Kalau versi Mahabharata, sila baca sendiri. "Gong!"

Apa pernah memperhatikan langit secara saksama; langit malam, sore, siang, tentu telah terjadi perbedaan waktu di antaranya. Ada keanehan, misalnya, kebohongan akan terjadi, dalam proses manipulasi tak satupun tahu. Nah, ajaib bin aneh. Mendadak muncul sudah meledak jadi news media all in one loh hai. Ganteng-ganteng ya mode gaya rompi KPK, keren abis cuy. Hahaha ngakak doang nontonnye.

Gimana tuh. Siapakah mengetahui lebih dini, akan terjadi penyelewengan suit-suit di lembaga anu, misalnya, belum pernah ada kabar seperti itu; akan terjadi manipulasi terdeteksi teknologi; konon wajib ada fakta-fakta, konkret. Apakah ribet banget mendeteksi penyalahgunaan uhui-uhui sebelum terjadi; terbaca teknologi tanda-tanda akan terjadi melipat hak sesama kedalam dompet. Nah.

Ini mungkin bedanya donat buatan toko dengan produksi rumahan. Produktivitas industri, pabrikan, beda dengan industri kecil rumahan. Dari namanya saja sudah berbedakan. But, kenape, tak ada perbedaan antara manipulasi dengan penyalahgunaan wewenang, sedini mungkin terdeteksi di hilirisasi, bisa deh kalau mau. Karena si manipulatif berevolusi yaa. Konon. Wah! Hahaha.

Barangkali siluman memiliki cara sendiri berevolusi rupanya. Alamak, luar biasa. Apakah sulit jadi pemerhati proses perselingkuhan tengah berlangsung sebelum terjadi patgulipat. Enggak tahu deh. Repot ya. Kalau menempatkan robot camera aktif berjalan, link ke satelit, enggak mungkin juga ya, katanya ada tekno tercanggih.

Lewat kecerdasan buatan, kan lagi marak neh di dunia, lagi pada jatuh cinta dengan tekno itu, katanye. Bisa kale ye di buat teknologi pengawasan antikorupsi melekat rahasia, kalau niat baik kerjakan hal baik. Jangan nikung di jalan lurus. Yuk! Makrifat, syariat, hakikat akidah menjaga akhlak. Tepuk tangannya mane cuy. Nah! Thank's all.

***

Jakarta Kompasiana, Agustus 09, 2024
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun