DONGENG LANGIT.
Sentir layar terkembang cahaya pembuka.
Musik: Metal symphony adegan berkisah.
Tak guna kabur jadi hantu petak umpet
waktu berjalan garuda mematuk gundulmu
di manapun kau berada garuda memburumu
sampai keliang lahat.
WARTEG HARI LIBUR SIANG BOLONG.
Apakah perlu bertanya pada daun. Mengapa gugur dari reranting lantas kering hancur jadi debu. Asal tanah kembali ke tanah siklus esensi. Masih banyak manusia muliahati mampu membawa dirinya tidak bertindak merugikan bangsa-negaranya, meskipun berada di tengah arena berhala gladiator koruptor. Jreng!
"Kita ini hidup di darat. Tidak di laut lepas kan?"
"Di darat kawan. Kenapa rupanya. Tanyamu aneh."
"Bidak prajuritmu terguling."
"Alamak ini akibat irasional."
"Tinggi kali bahasamu."
"Macam orang hebat di sana itulah kawan." Menutup papan catur.
Berhala korupsi pemicu bocornya anggaran negeri di awan berangin-angin. Korupsi satu kata mati. Tidak dilakukan insan kamil kesayangan Ilahi. Kecuali oleh jenis makhluk tak punya malu di depan publik plus keyakinannya. Disebut koruptor kelas kakap alias triliun, tentunya oknum tersebut berpendidikan keren. Wihh!
Tentu saja mampu lulus jadi koruptor kelas triliun. Ancaman pidana di depan hidung pun tak peduli. Terpenting bagi kriminal koruptor bisa nyolong atas nama jabatannya. Kesadaran aksi oknum koruptor prima spektakuler. Resmi tindak pidana kriminal korupsi tingkat tinggi. Masuk senyum keluar penjara ngakak.
"Hahaha." Serentak ngakak.
"Koruptor otaknya superwaras." Membuka papan catur.