Penyesalan ... Kata kliseisme itu hadir, selalu, setelah peristiwa. Adakah penyesalan itu kini. Pada sunyimu sesungguhnya.
Dua Mawar Putih, kehilangan pangkuanmu, untuk sementara waktu. Tak pernah cukup bagimu untuk memeluk dua Mawar Putih, dulu, sekalipun kini.
**
Sesalkah ada pada makna hari-hari milikmu. Membersit tersirat. Stigma menajam perih. Bilah luka lama kembali tersayat. Airmata, enggan menetes. Doa dua Mawar Putih, senantiasa untukmu ...
Waktu, tak mau menyetip dirimu, sekalipun sedikit saja, di kurva horizon, adaptif segaris imajiner di pelupuk syahdu kaki langit. Membuat satu tak bisa lepas. Kau, tak bisa lepas dari jeratan itu ...
Kini, dulu, hingga entah ... Urinemu pilihanmu.
Semoga kau segera pulih. Dua Mawar Putih tercantikmu menuggu kepulanganmu. Berharap kau masih mau melantunkan puisi kisah-kisah melodi dalam deret notasi lagu rindu ...
Dua Mawar Putih, ingin kau pangku seperti dulu lagi. Kisah telah menjadi realitas. Pengampunan menunggu waktu putusan peradilan. Cepatlah pulang ...
**
Indonesia. Sebuah harapan, tetap teguh, membasmi mafia bandar narkoba. Semoga, Indonesia tetap teguh pula, merehabilitasi, memberi penyembuhan korban-korban narkoba, dari hulu ke hilir, sebagaimana seharusnya, tanpa pandang bulu. Menjaga garis terdepan generasi. Salam Indonesia Bebas Narkoba Negeri Para Sahabat.
***