Dia, imannya terlihat dari kebijaksanaan perilakunya senantiasa memberi cinta kasih nan tulus dalam mandat tugas-tugasnya. Dia selalu bertanya pada waktu, senantiasa, memberi tanda-tanda jawaban dari pertanyaan, sebagai data melihat wacana di antara simpangsiur topeng-topeng. Â
***
Suluk Ranying Hattala Langit
Semesta lahir. Semesta mati.
Telah ditentukan ketika engkau dilahirkan. Menjadi suci oleh tugas-tugasmu dari kahyangan. Kedewataan senantiasa menerangi perilaku suri teladan.
Kahyangan hanyalah jalan lurus menuju kesemestaan bagi kemuliaan mandat telah terpilih sebagaimana kehendak Kedewataan.
Teknologi ataupun sains supergaib pun hanyalah nuansa sugesti makhluk hidup, kecanggihan terbatas pada logika matematis terhitung pasti. Batas mati ataupun hidup.
Menjaga nuranimu tetap bening, para malaikat senantiasa bertugas bergiliran. Segala risalah tentangmu, tak satupun tahu ketentuan Kedewataan.
***
Sorak-sorai meneriakan namanya. Gegap gempita tak penting lagi, dari para sosok palsu itu, para pengecut hanya berslogan saja, manggut-manggut puja puji asal dia senang, asal dia senyum, asal dia gembira atau merasa terhibur.
Situasi tak dapat diduga siapa lawan siapa kawan, hal biasa bagi dia, tak bisa di prediksi. Mungkin, dia, disebut tekno sekaligus sains Ilahiah, menerima tugas, menjalankan kewajiban, sensibilitasnya sejak titisan awal takdirnya.