DONGENG LANGIT.
Layar terkembang cahaya pembuka.
Musik: Metal Symphony.
Kalau langit terbalik mungkin
hidup akan berjalan normal
Siapa mau jalan satu arah
maju atau mundur tumbuh
di antara aksioma anonim
omong kosong berebutan
marak mencari panggung
SUDUT LAIN DI PEREMPATAN JALAN.
Waktu kapan saja di mana saja.
Baru saja melakukan kejahatan. "Hah!" Apakah berencana sebuah perilaku kejahatan. "Yes! Sir!" Sekalipun belum dilakukan. "What!" Ini kegilaan paling gila. Belum terjadi kanibalisme, lantas dianggap telah melakukan kejahatan. "Yes! Sir!" Niat anda sudah ditulis malaikat; anda akan melakukan tindak pidana kejahatan.
"Loh! Tahu darimana?" Dari hati anda.
"Baiklah. Kalau begitu saya makan hati saya." Wow! Itu lebih kejam dari khianat.
"Hah!" Jangan sok terperangah. Sang waktu sudah tahu apa saja akan terjadi.
"Hahaha! Kamu mengarang." Tidak. Itu realitasnya.
"Pandir. Dasar kau pandir!" Kalau kesal mati saja.
"Kamu ini siapa sih!" Belum paham ya. Ada siapa di setiap sel darahmu.
"Hahaha! Omong kosong!" Sejak anda lahir bersemayam di sel - sel darahmu.
"Apakah ada di semua makhluk hidup?" Yes! Kalau tak puas dengan jawabannya, anda sila mati saja.
"Caranya?" Mulailah melahap setiap ruas jari-jarimu. Sampai seluruh tubuhmu melumatkan dirimu tak berbekas.
"Maksud anda menyiksa diri sendiri?" Yes, good point.
Kalau dia benar - benar seekor iblis, aku bunuh bisa enggak ya. Apa betul monyet iblis itu ada di setiap sel darah? Dasar bajingan tetap bajing loncat, berkelit kian kemari. "Kamu dimana? Kenapa tak bersuara lagi? Kecut ya. Mentalmu mengkerut ya. Hahaha sok mengaku jadi iblis. Mana wujudmu. Ayo! Muncul. Tampil dong dimuka publik. Sekarang. Di sini! Wahai iblis ompong."