Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pelangi-Pelangi Imaji

21 Juni 2024   04:42 Diperbarui: 21 Juni 2024   05:03 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah air tempat mengolah sumber kehidupan kreatif. Di sana ada keluarga tercinta sanak famili. Ibunda setia mengajari tata krama. Ayah tekun bekerja. Sejak waktu rumah ibadah mengumandangkan fajar cinta untuk insan kamil. Subuh hingga petang merona malam purnama menuju terang langit hingga tunggang gunung.

Ada banyak pola di hati juga pikiran. Ada sejumlah kisah seolah-olah menghalangi keinginan kemanapun melangkah akan meraih pendidikan. Sebenarnya tak ada aral melintang. Jagat raya bukan milik lembaga apapun di dunia. Semesta memberi informasi ilmu kebudayaan sepanjang masa peradaban kehidupan.

Hasrat kehidupan ingin abadi,
ilalang tumbuh bebas berkeliaran
huma pepohonan hutan berirama
bebunyian mengalun nyanyian kasih.

Sukma bercahaya tumbuh sinaran  
menerangi kegelapan, ingin menggapai
tanganmu, lantas aku menjadi awan,
terasa dekat denganmu.

Realitas apapun bukan penghalang pendidikan setara. Terbentur biaya fisik maupun nonfisik bukan kesulitan. Bersama memahami kebaikan berbudi. Dari sana mata air itu lahir mengalir merembes ke bumi lantas melahirkan kembali mata air di sisi lain di tempat berbeda, ikhlas; autodidak, belajar sendiri. Banyak pustaka dari langit.


Hidup membuat warna sublim di angkasa. Kesederhanaan iman nun di horizon kaki langit. Tempat sejawat tanah air meniti edukasi daya juang penetrasi ide mengolah sains mandiri tak perlu subsidi. Tanah air melahirkan generasi pemburu panorama kreatif imaji alami jujur berbudi. Tak ada watak koruptif horor di laci-laci ajaib.

Tak ada keraguan apapun apabila keinginan berlari melingkari dunia. Tak seluas sekian ribu kilometer lingkar bola bumi. Kalau keinginan mengejar pendidikan telah bertumbuh di sukma. Bergeraklah. Bersegera menjadi pohon bidara langit menjulang identitas pengajaran kesantunan keilmuan, pagun mufrad jernih.

Di waktu berikut kau seolah-olah
berhasil menggapai tanganku.
Pegang erat-erat saat sang waktu tiba,
kau mengerti kemana akhir tujuanku.

Pada suatu kali kemudian, kau
melihat mimpiku, warna-warni katamu.
Aku girang, terutama tentang romansa
gemerlapan begitu sempurna.

Ada banyak cara keyakinan, indahnya keteguhan hati meraih pendidikan setara  kehendak cita rasa tujuan. Mengalir talenta negeri petani Khatulistiwa. Saudaraku satu langit di bumi ini. Sebuah negeri di manapun takkan mampu tumbuh kembang sendiri, tanpa jiwa kebersamaan pasca sains, ikhlas, sejajar pagan tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun