Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerpen: Bunga Gemintang

22 Desember 2023   13:09 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:53 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serpihan catatan masa kecil di antara
suara lonceng Gereja. Dia, nyala lilin
kapel terang temarang.

Selamat Natal bagimu saudaraku
dimanapun di Bumi Indonesia.
Salam Kasih Sayang.

"Santa?" Ia merasa tidak sendirian ada banyak keriangan, mengangkasa bahagia berjuta rasa anonim sulit menggambarkan ketepatannya, dari hari-hari senantiasa memberinya ikhlas tali kasih kudus. Cinta ada dimanapun ketika sebuah perjumpaan sekalipun sejenak namun ia telah menerima senyuman, banyak cinta di angkasa.

Apakah benar. Apa mungkin. Ia percaya, baru saja melihat pemandangan terindah semirip sebuah taman permulaan kehidupan sebagaimana dikisahkan kakek dari sebuah kitab kisah cahaya kudus bagi dunia, di masa kecilnya. Kini, ia tidak muda lagi, tidak semuda dugaan usianya kini.

"Kapel. Ya, aku wajib menepati janji itu, sebelum misa pertama. Natal terindah aku datang kepadamu," setelahnya pertemuan berbagi kisah dalam kasih, ada banyak bertukar cerita. Dunia anak-anak penuh warna, nyala gemintang seluas taman bunga di hati. Para remaja bernyanyi terurai gelaktawa bahagia prosa berirama.

Serupa masa lalu, seperti mereka kini. Mengumpulkan cinta berbagi secara apapun tersampaikan pesan kasih berjuta gemintang gemerlapan meletakkannya di telapak tangan sesama. Tak ingin tenggelam dalam dunia milik sendiri, hanya ada kewajiban mengalir bagimu cinta, di sini di sana atau dimanapun.

Bersama kami datang kerumah singgah kebahagiaan, berbagi kue-kue kasih sayang, hanya itu kami punya, tak ada hal lain, saling menepati janji kehidupan setelah terangnya masa kebangkitan, waktu telah tiba pada ranah doa kini, "Eratkan genggaman," menyatukan kebahagiaan, sebab kita satu dalam mereka.

Sebab mereka satu dalam kita, kini, telah lalu ataupun masa datang. Penyatuan janji kasih tak lekang waktu mata rantai cahaya sejarah kasih. Setelahnya kami meneruskan perjalanan kerumah singgah berikutnya. "Apa kabar kami datang dalam bahagia," keriuhan suara-suara perjumpaan gita puja bersama mengumandang.

Atap langit bermazmur. Sesungguhnya tak ada sekat dinding di antara masa waktu, sebagaimana cinta datang lantas pergi setelah menulis puisi kasih sayang, tak ada surgamu ataupun surgaku ketika cinta kasih membuka mata air tertanam benih bertumbuh. Bebungaan merebak harum merekah menyala warna sebagaimana ketentuan telah ditetapkan.

Ini bukan dunia mimpi, ini bukan sekadar taman, ini tak serupa mimpi apapun. Aku percaya kehadiran cinta tak memilih kanvas untuk melukiskannya, tak memilih waktu, kapan ataupun dimana, cinta mengalir dalam detak nadi siapapun, kita, tak memilih hari-hari berlari kejar mengejar kasih, ada, hadir sebagaimana mestinya, cinta, dalam keabadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun