"Mau cium apa tabok."
"Buat lelaki tabok aja lebih keren, karena berbohong katamu. Puas?"
Ihwalnya tak seberapa, ringan saja, lantas terjadi begitu saja. Entah siapa saat aku dengan si dia, mendadak si entah siapa icu pula mengecup pundak ku, sembari bilang "Sayonara!" Hah, kaget sih enggak, cuma aneh aja.
"Siapa!"
"Enggak tau."
"Dia berbusana pink. Semua pacarmu sama. Pink begitu!"
"Aku enggak kenal my dear."
"Ayo!"
"Kemana?"
"Kejar perempuan itu."
"Barengan?"
"Ayo!" Menarik kuat lengan lelakinya.
"Iya!"
Ngubek-ngubek Mal Adibusana sampek budek kagak ketemu juga. Kami penasaran, berulang sampai beberapa kali ubek-ubekkan di Mal. "Capek dear?"
"Enggak! Aku penasaran."
"Dear, makin penasaran makin capek loh."
"Sebodok amat! Kamu sengaja, bikin aku lemah."
"Enggak dear."
"Kok nanya aku capek apa enggak."
"Terus aku tanya apa. Tuh keringetan kan. Padahal ber-AC loh."
"Sebel! Kesel! Nyesel!"
Terkesiap lelakinya. "Apa? Kamu nyesel pacaran dengan ku dear. Iya?"
"Loh, tebalik kale."
"Tebalik gimana sih."
"Enggak. Sumpah, aku sayang banget."
"Sayang aku?"
"Hah! Iyalah. Kok nanya gitu sih."
"Ayo! Cari sekali lagi."
"Ayo! Siapa takut." Serentak suara keduanya, ngotot.
Pencarian lanjut lagi, keluar masuk pintu lift, naik turun eskalator, semua tempat parkir, semua toilet, komplit semua toko satu persatu kami selidiki. But nihil cuy. Waktu tanpa terasa menjejak jam tujuh malam.
"Jam tanganku bilang begitu."
"Jam tanganku menunjukkan jam sembilan malam dear."
"Hah! Kok bisa beda."
"Baterai jam kamu lemot kale mau abis."
"Ngaco! Ini jam tangan baru."
"Jam tanganku juga baru."
"Loh, kok bisa ya." Keduanya bersandar dekat gudang Mal kelelahan, lanjut lagi, karena penasaran, hampir pada orang berpapasan, keduanya, serentak tanya soal jam berapa kini. Jawabannya beneran deh, beda-beda.
"Dear, sebenarnya kegilaan ini apa sebabnya sih."
"Ngeselin sih. Karena perempuan tadi. Tanya lagi kita putus." Suara cantik tegas.
"Jangan!"
"Si busana pink itu?"
"Bukan! Busana hitam. Lah iyalah gegara si pink!" Cantik gemes banget.
"Oke. Oke. Calm down dear."
"Enggak bisalah! Penasaran tau!"
"Jangan ngambek terus dear. Kulit putihmu bisa kolang-kaling loh."
"Hihh! Sebel!." Mencubit kuat-kuat.
"Iyau! Sakit dear!"
"Bisa berhenti bawels enggak!"
"Oke my dear. Aku stop omong deh."
"Enggak gitu juga kale."
"Kalau ngambek terus cantiknya ilang. Gimana?
"Sebel!" Keduanya kembali ke tempat semula duduk bersandar di dekat gudang Mal. Diam, sunyi cukup lama, sepi panjang banget, melenyap beneran suara-suara di telinga keduanya.
"My dear? Perasaan udah sepi deh." Melihat jam tangannya. "Hah! Jam sebelas malam dear. Wah! Enggak beres neh."
"Apaan sih. Enggak beres apanya?"
"Udah jam sebelas dear."
"Ngaco! Jam ku baru jam tujuh lewat tiga menit. Tuh lihat."
"Jam kamu ngaco. Perhatikan jarum jam ku berputar baik, benar selalu lancarjaya."
"Idihh! Jam ku tekno terbaru tau!"
"Terserah, percaya apa enggak."
"Enggak! Gigit nih. Mau!" Cantik mau menyasar pundak ganteng.
"Jangan! Sakit tau!
"Udah jam sebelas lewat sepuluh my dear."
"Bentar aku tanya nih masih banyak orang."
"Enggak ada siapa-siapa my dear. Mal udah sepi. Batu deh."
"Masih jam tujuh lewat tiga menit. Tuh banyak orang."
"Mana! Enggak ada siapa-siapa my dear."
"Ssst! Diem." Menghampiri orang-orang lalu-lalang. Bertanya, ngobrol sejenak, pada setiap orang meyakinkan, bahwa jamnya benar menunjukkan pukul tujuh lewat tiga menit.
"Stop! Stop! Kamu ngobrol dengan siapa my dear. Enggak ada siapa-siapa di sini."
"Stop! Kamu stop ngoceh." Lanjut pada seseorang "Pak benarkan sekarang jam tujuh lewat tiga menit." Orang itu hanya mengangguk membenarkan. Lalu pada lelakinya. "Dengarkan, dia bilang apa. Jam ku benar. Jam kamu salah."
Setelah lelah berdebat menyoal waktu di jam tangan masing-masing, keduanya tertidur lelap bersandar di tembok gudang Mal itu.
Â
***
Jakarta Kompasiana, Desember 01, 2023.
Salam cinta sahabatku di K. Salaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H