Mohon tunggu...
Gondo Majit
Gondo Majit Mohon Tunggu... -

Ora popo!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kirim Tumbal untuk Indonesia

4 April 2014   15:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang aneh secara aneh akan menemukan fakta bahwa di selembar daun kelor dunia ini ia bukanlah orang aneh satu-satunya. Ketika kemudian orang-orang aneh berkumpul, segala aneh-aneh itu akhirnya lebur menjadi tidak aneh lagi. Saya mengalaminya sendiri.

Saat ini saya telah tercatat sebagai salah satu anggota klub "aneh" perapal mantra-mantra kuno. Praktisnya, setiap anggota dituntut membaca 16 halaman mantra setiap hari yang butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk menuntaskannya. Anggotanya menyebar seluruh Indonesia, bahkan dunia. Komunikasi dijalin melalui aplikasi 'ngobrol WhatsApp atau BBM. Setiap kali berhasil menuntaskan 16 halaman mantra dalam sehari, kami saling berkirim kabar untuk kemudian merayakannya bersama.

Klub itu bernama ODOJ (saya bahkan masih merasa aneh dengan namanya, sungguh!) yang adalah singkatan dari One Day One Juz. Kitab mantra yang kami baca adalah Alquran yang seperti kita ketahui adalah kitab suci agama Islam. Saya istilahkan "mantra" karena dalam klub itu Alquran kami baca lebih pada pendekatan "bunyi-bunyi bacaan" untuk mengunduh keberkahannya ketimbang pendekatan pemahaman kandungan kabar-kabarnya. Juz adalah pembagian bab dalam Alquran menjadi 30 yang masing-masing terdiri dari 8 lembar atau 16 halaman bolak-balik.

Tentu saja semua anggotanya adalah muslim dan justru di situlah letak anehnya. Sebenarnya biasalah kalau ada muslim mewajibkan diri mengkhatamkan bacaan Quran dalam sebulan atau satu hari satu juz. Itu prestasi standar, terlalu biasa untuk disebut prestasi. Menjadi aneh karena ternyata "prestasi" itu dianggap luar biasa. Wah, 1 juz setiap hari? Hebat betul!

Aduhai, ini adalah muslim membaca Quran! Tapi jujur saja, saya pun sebenarnya tak luput dari jangkitan rasa "aneh" yang aneh itu. Ada rasa gamang apakah saya sanggup merapal mantra sepanjang itu dalam sehari dan setiap hari. Kegamangan itu masih terus bergaung sampai hari ini, tapi saya lawan-lawan dengan tawa kecut. Oalah, seasing ini ternyata diri saya dengan kitab suci saya sendiri. Ternyata Quran belum suci-suci amat di mata saya.

Sebagaimana galibnya klub "aneh", tanggapan tegak dan miring pun bermunculan. Pendukungnya banyak, termasuk saya dan sekian puluh ribu anggota yang terus bertambah, insya Allah. Para penentang yang paling menonjol mendasarkannya pada kecemasan bahwa klub ini secara sistematis dan masif menjadi pelembagaan riya' atau suka pamer amal. Kenapa tilawah Quran mesti dilapor-laporkan ke publik? Wah, hohoho!

Saya pribadi mesem saja. Pamer amal berangkat dari asumsi bahwa amal kita begitu bagusnya dan istimewa. Sedang klub ini dalam paradigma saya tak lebih dari klub "ngamen". Menjadi pengamen tidak dituntut standar kemerduan karena sebenarnya mengamen adalah mengemis with style. Tidak harus lolos audisi macam-macam. Ada niat-biasanya kepepet-ngamen saja, sudah! Dan kalau pengamen berkata, "Semoga Anda terhibur!", itu tak lain karena menyadari betapa tingkat ketidakterhiburan yang diameni kadang dalam stadium gawat sekali. Untung saja Allah yang kita ameni Maha Penyabar, kan?

Ada juga tuduhan bahwa klub ini adalah modus kampanye suatu ormas. Bisa jadi memang benar, dan sangat mungkin, tapi kalaupun benar, modus itu terbukti tidak efektif. Sistem organisasinya sangat cair, mirip sistem sel. Bisa dikatakan ODOJ adalah Mak Comblang yang menjodohkan 30 muslim untuk berkhatam Quran setiap hari dan sekian ribu pasangan telah berhasil naik ke pelaminan. Dalam sel #521 yang saya ikuti, pernah ada memang lontaran materi kampanye partai tapi itu kiriman pribadi anggota dan semua langsung protes karena "aqad nikah" kita bukan untuk main kompor sektarian seperti itu.

Tapi disadari atau tidak oleh para Odojer, jelas-jelas ODOJ adalah gerakan politik dan ini adalah satu simpul keanehan lain. Di negara yang ber-Tuhan Yang Maha Esa ini, solusi-solusi religius dipinggirkan menjadi perangkat yang dianggap jauh dari kepraktisan.

Saya berharap kegentingan 2014 adalah momen yang berjodoh dengan kelahiran ODOJ. Bila seluruh rakyat Indonesia beramai-ramai mengamen pada Tuhan sesuai pemahamannya masing-masing, kita lihat nanti bagaimana arah sejarah Indonesia yanag terprediksi akan hancur-hancuran ini dibelokkan. Menjadi rahasia umum bahwa foto-foto perayu gombal yang dipaku di pohon-pohon itu kelak akan menjahati kita tapi secara aneh tetap kita elu-elu dengan kata keramat "moga-moga". Maka mengapa tidak sekalian kita ambil solusi "moga-moga" dalam titik kulminasinya? Tuhan dengan segala protokolernya.

Saya gadang-gadang ODOJ dan setiap gerakan sejenis (dari agama apapun) adalah gerakan dengan kesadaran berikirim tumbal. Kita persembahkan kepada Tuhan kita masing-masing sesuatu yang kita tresnani dan sebenarnya menjadi hak sah untuk kita miliki. Dalam ODOJ, sesuatu itu bagi saya adalah peluangan waktu dan siksaan mental karena melakukan hal tidak saya suka tapi nyata-nyata sangat dianjurkan agama. Amal itu, setelah memang digerogoti riya', tentu akan mendatangkan ... yah,  paling tidak sejumput pahala. Tapi sejumput pahala itu pun akan saya kirim balik pada Tuhan dengan catatan: "Tolong ditukar diskon dengan Nusantara Jaya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun