Membaca berita kompas.com seputar pak Jokowi beberapa hari terakhir ini benar-benar para pembacanya disuguhi dengan “drama” yang berjumpalitan. Belum hilang dengan “drama” soal Bus Karatan Gate dan Monorel Gate yang ternyata belum lengkap ditandatangani dokumennya, kita disuguhi dengan berita lain yang tiba-tiba menyeruak dan mengejutkan.
Bahwa, pak Jokowi ternyata disadap! Wow, berita hangat, berita hangat!
Dikutip dari kompas.com, pak Jokowi menyatakan hal demikian.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo membenarkan ditemukannya tiga alat sadap di rumah dinasnya, Menteng, Jakarta Pusat. Salah satu alat tersebut dipasang di kamar tidurnya.
"Di kamar tidur satu, di ruang tamu pribadi satu, di ruang makan yang dipakai rapat satu," kata Jokowi di sela-sela kegiatan blusukan-nya di Hutan Kota Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014).
Menurut Jokowi, ketiga alat tersebut ditemukan dengan menggunakan alat pendeteksi pada Desember 2013. "Sudahlah, sudah lama. Hanya saja, saya kan diam. Bulan Desember itu, sudah lama."
Menurut pak Jokowi, ia tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, apalagi punya niatan membeberkan ke publik. Ia berujar tidak ada hal-hal penting yang bisa disadap dari dirinya.
Tentang asal-muasal pengungkapan penyadapan Jokowi, pertama kali justru disebutkan oleh Sekjen Tjahjo Kumolo. Menurut Tjahjo, penggeledahan dilakukan karena partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri ini merasa ada satu kekuatan yang ingin mengganggu sepak terjang PDI Perjuangan pada Pemilu 2014.
Sebagai pembela pak Jokowi yang berada di barisan terdepan dengan keris terhunus, saya menyatakan bahwa kemunculan berita soal penyadapan yang diungkapkan oleh Tjahjo Kumolo yang kemudian segera diamini oleh pak Jokowi tentunya sangat riskan untuk dikritisi.
Terutama, dengan waktu peristiwa kemunculan berita tersebut yang muncul segera setelah berita Jokowi sedang gencar-gencarnya mendapat kritikan soal pengadaan bus Transjakarta dari Cina yang ternyata banyak karatan dan tidak layak pakai serta monorel yang terancam mangkrak lagi karena dokumen-dokumennya yang tidak ditandatangani hingga kini.
Publik pun akan dengan gampang menduga bahwa soal penyadapan ini sangat berhubungan dengan pengalihan isu sehingga berita tentang bus transjakarta yang karatan itu dan proyek monorel yang belum ditandatangani padahal sudah ground breaking pun meredup dan kemudian perlahan-lahan kendor, menghilang dengan sendirinya.
Pak Jokowi sendiri menyatakan bahwa alat penyadapan tersebut sudah diketahui pada bulan Desember 2013. "Ada tiga alat yang ketemu pada Desember lalu. Sebenarnya, saya tidak mau bicara masalah ini. Namun, faktanya di rumah dinas ada tiga. Di kamar tidur satu, di ruang tamu, sama di ruang makan, yang biasa kita pakai rapat,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, ketiga alat tersebut ditemukan dengan menggunakan alat pendeteksi pada Desember 2013. "Sudahlah, sudah lama. Hanya saja, saya kan diam. Bulan Desember itu, sudah lama."
Sebagai pembela pak Jokowi yang berada di barisan terdepan dengan keris terhunus, soal penyadapan ini merupakan pengalihan isu yang kemudian gampang sekali mengemuka ke publik karena ternyata pak Jokowi sendiri sudah mengetahui hal itu sejak bulan Desember tahun 2013.
Yang artinya, sudah 3 bulan pak Jokowi diam. Dan, selama 3 bulan itu, pak Jokowi tidak mengatakan apapun soal penyadapan ini.
Pak Jokowi sendiri juga menyatakan, bahwa beliau tidak akan mau lapor polisi. Ditemukannya alat penyadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta tidak membuat Joko Widodo merasa dirugikan. Dia juga tidak berencana melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian.
Sungguh sesuatu hal yang aneh dan menggelikan. Kelihatan banget pak Jokowi berusaha meraih simpati publik. Beliau tidak mau melaporkan ke polisi bahwa dia disadap, dan beliau juga tidak mempermasalahkan soal penyadapan itu. Tentunya, ini sangat aneh dan konyol malah.
Jokowi mengatakan, tidak ada hal rahasia yang dibicarakannya bersama sang istri, Iriana, di rumah tersebut. Dia mengaku lebih banyak membicarakan tentang makanan.
"Ya, saya enteng saja. Wong (pembicaraan) ndak ada isinya. Ndak pernah ngomong apa-apa. Saya terus terang saja, ndak usah digede-gedein masalah ini karena paling yang diomongin masalah ikan bakar, sate kambing, ikan gulai," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Tidak hanya berusaha menambah simpati publik dengan cara membenarkan pernyataan sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo ini, pak Jokowi juga tidak mau melaporkan ke polisi dan tidak mau mempermasalahkan soal penyadapan.
Tapi itu saja ternyata masih belum cukup. Drama masih belum berakhir. Harusada “bumbu penyedap rasa” yang perlu ditaburkan. Oleh karena itu, pak Jokowi pun juga berujar bahwa yang dia omongkan hanyalah permasalahan yang ringan – ringan saja, seputar makanana seperti ikan bakar, sate kambing, ikan gulai.
Soal ini malah bisa menjadi bahan lucu-lucuan yang menjadi tertawaan sekaligus intermezzo yang ironis semata saja. Bagaimana tidak, orang nomor satu di Jakarta ternyata omongannya hanya suatu hal yang ringan-ringan saja,
Sebagai pembela pak Jokowi yang berada di barisan terdepan dengan keris terhunus, saya menyayangkan pembelaan “murahan” bin “rendahan” ini. Karena, ternyata, publik pun bisa terhenyak tidak percaya.
Bahwa, ternyata, hampir tidak ada kepentingan publik yang diurus karena yang diperbincangkan oleh pak Jokowi di rumah dinas gubernur hanyalah seputar makanan saja. Tidak ada keputusan strategis sekaligus penting soal kebijakan yang berdampak luas kepada publik.
Ataukah ini hanya sekedar pak Jokowi untuk menyenangkan diri saja karena sudah terlanjur disadap dengan klaim yang dia omongkan sudah diketahui oleh dia 3 bulan lalu, terhitung mulai bulan Desember, dengan menyatakan bahwa yang dia perbincangkan di rumah dinas gubernur hanyalah hal-hal yang bersifat ringan saja, seperti makanan yang contohnya adalah ikan bakar, sate kambing, ikan gulai? Cuma pak Jokowi yang tahu.
Soal pengalihan isu ini juga disuarakan oleh pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio.Dari sisi politik, Agus mengakui isu tersebut wajar terjadi. Terlebih lagi, pemilihan presiden kian dekat, dengan Jokowi disebut-sebut sebagai salah satu kandidat capres terkuat. Namun, di tengah kondisi Jakarta dengan segala persoalan, isu itu tak tepat jadi konsumsi publik.
"Kan jadi beralih perhatian publik. Tadinya lagi mikirin bagaimana bus transjakarta dan BKTB jadi bagus, tadinya lagi bahas soal monorel mangkrak, eh ada isu ini. Permainan apa lagi ini?" ujarnya.
Entah dari siapa isu tersebut muncul, Agus minta Jokowi tetap fokus menyelesaikan persoalan menumpuk yang terjadi di Ibu Kota.
"Ya, kita lihat saja. Pak Jokowi bisa atau tidak mengelola isu ini secara baik dan membuktikan kinerjanya kepada publik," ujarnya.
Tentu saja, soal penyadapan ini adalah soal yang sangat seksi. Persoalan ini bisa dijadikan sebagai alat untuk meraih simpati publik sekaligus menampakkan politik terdzalimi. Politik yang sudah beberapa kali dipakai oleh Pak Presiden SBY, tampaknya mengundang hasrat pak Jokowi untuk menggunakan politik terdzalimi.
Sebagai pembela pak Jokowi yang berada di barisan terdepan dengan keris terhunus, saya menganggap bahwa tujuan isu penyadapan ini muncul tentu saja gampang ditebak. Tidak lain dan tidak bukan hanyalah pengalihan isu dari kasus Monorel Gate dan Karatan Gate sehingga kritikan dan serangan mengendur dan hilang dengan sendirinya, mengubah kritikan dan serangan menjadi rasa iba alias simpati publik, sekaligus menaikkan elektabilitas personal pak Jokowi yang semula menurun dan juga elektabilitas partai.
Semua senang, semua puas.
Yang mampus tentu saja lawan politik berupa partai – partai lain yang malah latah ikut-ikutan menanggapi isu murahan berupa penydapan yang melanda pak Jokowi ini.
Salam.
Sumber Berita:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/02/21/1253362/.Warga.Tak.Butuh.Isu.Jokowi.Disadap.
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/02/20/1559023/Jokowi.Yang.Menyadap.Saya.Pasti.Kecewa
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/02/21/1408161/Soal.Penyadapan.Jokowi.Tak.Akan.Lapor.Polisi
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/02/21/1533450/Alat.Sadap.Juga.Ditemukan.di.Kantor.Jokowi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H