Sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai seorang wakil gubernur DKI Jakarta memiliki kinerja yang sangat cemerlang, secemerlang bos dan atasannya. Tidak hanya pada kinerjanya, tapi juga pada prinsip dan keteguhannya untuk menjadikan Pemprov DKI Jakartasebagai propinsi yang zero korupsi.
Hal itu tampak dengan kerjasama Pemprov DKI dengan KPK, BPK, BPKP, hingga LKPP dalam pengadaan barang-barang tanpa harus menggunakan tender (e-katalog dan e-budgeting).
Tetapi, prinsip dan keteguhannya dalam memberantas korupsi tidak akan berjalan maksimal bila tidak dibarengi dengan tindakan nyata atau keteladanan yang jelas dari Ahok. Seperti yang juga telah dikatakan oleh Ahok dalam berbagai kesempatan, “Kalau pemimpinnya lurus, bawahannya tidak berani tidak lurus”.
Saya menonton video Youtube dari akun official Pemprov DKI yaitu pertemuan antara pak Ahok dengan psikologi klinis yang dipimpin oleh bu Kasandra. Masih cantik, dengan tubuh yang sangat semampai, maklumlah, soalnya mantan none Jakarta tahun 1989.
Dalam pertemuan itu, dibahas tentang kerjasama pihak Pemprov DKI Jakarta seputar psikologi dan kejiwaan masyarakat Jakarta yang bentuknya bisa berupa konseling dan pembinaan. Peran serta mahasiswa psikologi dan dekan psikologi di berbagai universitas bisa dilibatkan pula.
Nah, menariknya, di tenagah-tengah acara itu, salah seorang rombongan dari bu Kasandra membawakan desain kain batik betawi. Desain tersebut diserahkan kepada pak Ahok agar bisa dipakai dalam acara – acara sekaligus memohon pak Ahok agar bisa menjadi lahan promosi buat desain batik betawi.
Karena, pak Ahok sempat bilang, bahwa desain batik Betawi kurang menarik, masih kalah bagus dibanding dengan desain batik Solo. Oleh salah seorang rombongan, kain bercorak khas Betawi tersebut diberikan gratis kepada pak Ahok.
Tapi, pak Ahok menolak menerima kain batik Betawi tersebut secara gratis. Beliau justru memilih bertanya berapakah harga dari semua kain batik Betawi tersebut. Pak Ahok tidak mau menerima gratis. Beliau lebih memilih membeli saja kain batik Betawi tersebut!
Sungguh luar biasa. Seorang anggota rombongan tersebut yang sudah terlanjur menawarkan gratis kain betawi tersebut sebenarnya merasa tidak enak kepada pak Ahok. Tapi, pak Ahok tetap bersikeras untuk membeli kain tersebut tanpa mau menerima pemberian.
Pak Ahok bilang, kalau dia tidak membayar kain tersebut, maka akan ada celah buat korupsi. Setelah dihitung totalnya adalah Rp 1.050.000,- pak Ahok menyuruh Esthi, seorang asisten pribadinya, untuk mengambilkan uang di ruang kerjanya, di dalam tas. Tak berapa lama, Esthi datang dan menyerahkan uang tersebut kepada anggota rombongan tersebut
Inilah suatu bentuk konsistensi ucapan dengan perbuatan dari seorang Ahok. Tidak ada rasa sungkan dan malu-malu, terus terang, dan secara arif-bijaksan menutup peluang untuk korupsi, bahkan yang terkecil sekalipun. Yang sebenarnya terlihat sepele dan sepertinya bukan korupsi. Karena, ini adalah suatu pemberian biasa.
Tapi bagi pejabat seperti pak Ahok, pemberian yang terlihat biasa tersebut bisa menjadi masalah di kemudian hari. Pemberian – pemberian tersebut bisa dikesankan sebagai suatu bentuk suap dan pak Ahok tidak mau hal seperti itu terjadi. Maka, dia pun berterus terang saja untuk membayar kain Betawi tersebut.
Videonya bisa dilihat di bawah ini.
Untuk pembayaran kain Betawi tersebut, bisa langsung dilihat mulai di menit ke 12:00
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H