Deklarasi sudah ditetapkan, mandat sudah diberikan, cium bendera pun sudah dikerjakan, saatnya kita menyambut calon presiden (boneka). Kenapa bisa saya katakan demikian? Karena, memang begitulah adanya, berdasar fakta – fakta dalam bentuk berita – berita di media online bisa dengan mudah saya simpulkan, bahwa calon presiden yang terbaru, terhangat, yang paling hot ini, adalah sosok calon presiden (boneka).
Calon presiden yang bukan merupakan ketua umum parpol yang menaunginya, bukan pula ketua dewan pembina dari parpol yang berpijak di atasnya, sehingga ada kecenderungan untuk memihak kepada pimpinan tertinggi parpolnya secara berlebihan. Lebih tepatnya, penjilatan yang berlebihan.
Dan, hal itu sudah pula dibuktikan dengan cium tangan dia kepada mbokdhe ketua umumnya. Sudah pula dia buktikan dengan menemani mbokdhe ketua umumnya untuk menghadiri ke pemakaman tokoh proklamator sekaligus ayah kandung mbokdhe ketua umumnya, Bung Karno.
Dengan mengorbankan hari dan jam kerjanya, sambil dengan wajah innocent-nya yang meluluhlantakkan emosi dan melelehkan rasionalisasi akal para pembela fanatis sempit (ala babi hutan yang buta alias membabihutanbutakan), pak Joko Widodo tetap tegar menghadapi segala kritikan yang menghadang.
Pikiran saya menerawang ke depan...
Saya tersenyum simpul riang gembira...
Membayangkan atas peristiwa yang terjadi. Bilamana pak Joko Widodo jadi presiden nanti, membayangkan beliau sedang rapat kabinet (yang tentunya serius tidak cengengesan), tiba-tiba dering telepon mengganggu konsentrasinya.
Segera diangkat, kemudian dalam sekejap, segera membatalkan rapat kabinet atau biar lebih kerennya karena tidak ingin mengecewakan para menterinya (yang sebagian besar merupakan politisi di partainya, dengan jabatan lebih senior dan lebih tinggi dari pak Joko Widodo), mewakilkan kepada wakil presidennya karena tergopoh-gopoh untuk segera mendatangi rumah mbokdhe-nya, ketua umum partai di jalan Teuku Umar yang memang tidak jauh dari Istana Negara.
Tentunya, sambil mencium tangan mbokdhe ketua umum partai dengan penuh rasa hormat dan kagum, seperti yang sudah diutarakan oleh Basuki T. Purnama alias Ahok, politisi partai Gerindra sekaligus Gubernur DKI Jakarta de facto, bahwa pak Joko Widodo pasti menuruti permintaan mbokdhe ketua umum karena dalam diri si mbokdhe terdapat perwujudan marhaen di dalamnya.
Selamat berjuang, Pak Joko Widodo.
(Penulis adalah Jokowi Lover yang logis, kritis, dan rasionalis, bukan fanatis ala golongan sipilis).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H