Tulisan ini adalah tulisan terakhir yang membahas acara Mata Najwa di Metro TV. Sesi pertama dan sesi kedua sudah saya bahas di sini dan di sini. Di sesi ketiga ini, menampilkan perwakilan dari pihak pengusung Jokowi – Jusuf Kalla adalah Adian Napitupulu. Ahmad Yani tampil sebagai perwakilan kubu Prabowo – Hatta.
Sebelum sesi ketiga dimulai, diawali dengan gambar-gambar dari Jokowi dan Prabowo. Gambar Jokowi berbaju merah bercelana pendek naik sepeda genjot atau onthel. Sedangkan Prabowo naik kuda beserta pakaian kebesaran warna putih-putih. (Entah apa maksud dari Metro TV menayangkan gambar-gambar ini sedangkan Jokowi sendiri pernah juga naik kuda waktu acara festival budaya di Monas tahun 2013 lalu. Apakah Metro TV berpihak ke Jokowi?).
Ahmad Yani sebagai politikus PPP dengan jabatan Majelis Pakar DPP PPP tampil lebih dulu untuk berorasi. Ahmad Yani mengemukakan beberapa hal dalam orasi ini. Ada persoalan-persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan ke depannya dan oleh karenanya kita membutuhkan figur pemimpin yang punya gagasan, ide-ide besar, punya ambisi bukan ambisius. Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang jujur, tegas dan apa adanya. Bukan pemimpin yang tidak genuine, pemimpin yang dipoles, pemimpin yang dibuat sedemikian rupa denga pencitraan yang dibuat tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berani menegakkan...........(waktu habis, sayangnya. Ahmad Yani tidak secerdas Fadli Zon. Dia terlalu sabar dalam berbicara. Hal seperti ini sangat berbahaya karena membuang banyak waktu dan tidak bisa mengefektifkan waktu yang dia berikan).
Selanjutnya, giliran Adian Napitupulu, caleg terpilih dari PDI-P dapil Jawa Barat V. Adian mengemukakan, Jokowi itu jawaban dari harapan-harapan kita yang sudah capek dengan kekerasan, penculikan, intimidasi, ancaman dan sebagainya. Jokowi adalah jawaban dari penantian kita selama 16 tahun yang sudah letih menanti lahirnya seorang pemimpin baru yang akan mampu membawa Indonesia menjadi baru bukan Indonesia yang baru dengan pemimpin yang lama. Jokowi adalah jawaban dari semua persoalan. Dia berbicara tentang nasionalisme, menghargai perbedaan, dia tidak memandang perbedaan sebagai lawan tetapi sebagai kekayaan bagi bangsa ini. Satu hal yang saya (Adian Napitupulu) pelajari dari Jokowi adalah dia ingin membangun Indonesia sebagai taman bunga. Ada warna merah, putih, kuning dan semuanya hidup berdampingan tanpa menggunakan kekerasan satu dengan yang lainnya. Jokowi adalah jawaban dari semua mimpi-mimpi kita. Jokowi adalah karunia yang harus kita perjuangkan. Dan yang pasti, kalau Jokowi presiden.......(waktu habis. Kelihatan jelas silat lidah yang diucapkan oleh Adian Napitupulu ini. Terlalu banyak mengumbar kata-kata bermetafora hanya untuk memabukkan pemirsa acara Mata Najwa. Apalagi ada istilah “karunia” dan “jawaban dari semua mimpi“ yang diumbar menunjukkan adanya kultus individu. Terlihat jelas silat lidahnya anggota DPR RI terpilih dari Jawa Barat ini).
Selanjutnya, debat dilakukan dalam posisi berhadap-hadapan dengan duduk di kursi. Sama persis dengan debat dari Maruarar Sirait vs Fadli Zon di sesi kedua.
Najwa Shihab langsung menanyakan soal rekam jejak di masa lalu yang bisa mempengaruhi persepsi orang terhadap Prabowo. Ahmad Yani menjawab bahwa hal itu tidak berpengaruh karena soal masa lalu Prabowo sudah selesai karena hal itu menjadi isu 5 tahunan sekali. Pada waktu berpasangan Megawati dengan Prabowo Subianto, isu itu tidak terangkat ke permukaan. Kenapa sekarang mulai diangkat – kata Ahmad Yani. (Sebuah pernyataan yang sangat keras menghujam Adian Napitupulu, apalagi waktu Ahmad Yani mengucapkan pernyataan itu, di saat yang bersamaan Adian menggeser posisi duduknya, menandakan bahwa dia mengalami kepanikan dan kekhawatiran).
Prabowo – kata Ahmad Yani – sudah menjalani proses yang ada karena sudah diadili dalam Dewan Kehormatan Tinggi Majelis Militer. Semuanya sudah klir, sudah selesai. Kenapa masalah ini selalu diangkat dan dijadikan isu. Ahmad Yani mempertanyakan hal itu.
Tentang persoalan masa lalu Prabowo yang menjadi isu juga ditanyakan oleh Najwa Shihab kepada Adian. Adian pun menjawab, yang menjadikan hal itu sebagai persoalan adalah negara, bukan partai. Negara menyampaikan bahwa Prabowo terindikasi dalam beberapa peristiwa pelanggaran HAM. Negara yang saya (Adian) maksudkan adalah Komnas HAM. Itu bukan pernyataan partai politik. Bukan pernyataan NGO. Itu pernyataan Komnas HAM. Komnas HAM itu lembaga negara yang dibiayai oleh negara. Jadi kalau kemudian sampai hari ini misalnya Komnas HAM menyatakan bahwa Prabowo itu musuh bagi umat manusia. Itu bukan pernyataan Adian. (Bisa disimak silat lidah dari Adian. Padahal, Komnas HAM sudah menyatakan bahwa Prabowo Subianto tidak bersalah dari surat edaran tentang operasi setan gundul beberapa tahun silam).
Berikutnya, Najwa Shihab melontarkan pernyataan seputar rekam jejak masa lalu Prabowo, apakah hal itu juga menjadi kriteria yang penting atau tidak, ketika akhirnya Ahmad Yani memutuskan untuk mendukung Prabowo. Seberapa pentingkah hal itu pada akhirnya.
Ahmad Yani menjawab bahwa bagi PPP hal itu adalah yang paling penting tatkala kita melihat bahwa Prabowo ini punya gagasan – gagasan besar. Pemimpin itu tidak cukup dia pergi kesana kemari. Sukarno dan Hatta punya gagasan dan ide-ide besar. Muhammad Natsir punya gagasan dan ide-ide besar. Pemimpin dunia itu pastilah punya gagasan dan ide-ide besar. Kalau kita lihat, Ahmadinejad punya gagasan dan ide-ide besar, (Vladimir) Putin punya gagasan dan ide-ide besar tentang bagaimana menegakkan negara dan kedaulatan bangsa. Dan itu kami melihat ada pada Prabowo. Kita lihat visi-misinya, tegas menjaga harkat, martabat dan kedaulatan entah itu pangan, energi maupun yang lainnya.
Pertanyaan yang sama terhadap rekam jejak masa lalu Jokowi juga ditanyakan ke Adian. Adian pun menjawab bahwa semua hal itu penting. Karena, tindakan adalah manifestasi dari pikiran. Adian menyatakan, ada hal yang berbeda antara berpikir besar, bertindak besar dan bicara besar. Menurut saya (Adian), Jokowi berpikir besar dan bertindak besar. Yang lain bicaranya saja yang besar. Tindakannya kita belum tahu. Contohnya, Jokowi di Solo permilihan periode pertama dipilih 90% rakyat Solo. Artinya, rakyat melihat hasil karyanya. Karya Jokowi dalam membangun satu kota, dia bangun Solo kemudian pindah Jakarta, terpilih. Dia lakukan beberapa kerja besar. Contohnya ketika Jokowi belum jadi gubernur Jakarta sangat macet. Saat sekarang....(langsung diputus Najwa Shihab, “sekarang masih macet bang Adian”, yang menjadi tertawaan banyak orang. Silat lidah Adian digagalkan oleh Najwa Shihab).