Indonesia memiliki banyak anak yang terlahir dari rahim bumi pertiwi. Awal pertemuan indonesia dan bumi pertiwi mengisahkan banyak kisah kebahagiaan dan perjuangan yang mentaruhkan nyawa mereka. Imam bonjol anak kelahiran dari indonesia dan bumi pertiwi berjuang demi mengusir hama yang meyerang tanaman padi dan jagung tanah milik keluarga indonesia. Imam bonjol sebagai anak pasti membela hak milik keluarganya yakni tanah yang tersebar di semenanjung nusantara.
Ki bagus rangin dan pangeran dipeonogoro sebagai saudara imam bonjol sama mempertahankan tanaman yang diserang hama di daerah jawa. Cut nyak dien sebagai saudara perempuan mempertahankan tanah yang diserang hama wereng yang datang dari negeri sebrang yang memakan tanaman ganja di tanah rencong.
Sultan hasanudin memberikan vestisida dan pukuk ditanah sulawesi agar tanaman cengkeh dan pala terhindar dari hama yang bisa merusak tumbuh kembang tanaman. Patimura sebagai anak indonesia dan bumi pertiwi merawat pala agar tak dicuri oleh orang asing yang mengintai keindahan tanah maluku.
Antasari menjaga tanah kalimantan yang diberikan oleh ibu bapaknya agar terus dirawat dan di kelola dengan bijak. Sebagai orang yang diembani amanat dari orang tuanya antasari melaksanakanya dengan baik. Begitu juga Gusti ketut jelantik  diamanati oleh bapak mereka untuk menjaga kebersihan tanah bali agar tetap indah dan sebagai warisan keindahan tuhan yang diturunkan ke bumi.
Sukarno sebagai anak bontot dari perkawinan indonesia dan bumi pertiwi tak mau saudaranya di injak-injak oleh orang asing beliau membela dan membebaskan dari belenggunya. Setelah bumi pertiwi dan indonesia semakin tua, cucu mereka hidup dengan aman dan nyaman di tanah milik mereka. Cucu mereka tersebar di tanah papua, jawa, sumatera,kalimantan, sulawesi.maluku, nusatengara.
Bertambahnya usia, Indonesia dan bumi pertiwi meninggal dunia. Saat ini tinggal anaknya yakni antasari, imam bonjol, ki bagus rangin, patimura, cut nyak dien,Gusti ketut jelantik , sultan hasanudin. Sukarno. Anak-anak bumi pertiwi pun memiliki limit untuk hidup di dunia. satu persatu mereka pun meninggal dunia dari imam bonjol sampai sukarno mereka sudah tak nampak untuk memberikan nasehat secara langsung kepada putra-putri mereka.
Namun Cucu-cucu mereka tidak dibekali ilmu pengetahuan untuk merawat tanah warisan bapak dan neneknya. Mereka hanya mencari materi tanpa memperdulikan dampak dari sebuah ketamakan yang diperbuat oleh tangan mereka sendiri. Akhirnya sang cucu saling berebut kekuasaan saling tembak dan  todongkan senjata. Sang cucu tak perduli bahwa yang ditembak dan dirampas haknya satu darah denganya yakni darah indonesia dan bumi pertiwi yang melahirkan anak-anak yang berlian dan saling membantu dalam menjaga tanah kelahiranya.
Sang cucu saling mencurigai dan mencuri hak saudaranya. Tak mau berbagi meskipun satu keluarga. Sang kake hanya bisa menangis sedih dikuburan melihat bahwa marga indonesia telah broken home, satu sama lain saling membenci. Tak ada kata  dan senyum sapa diantara cucu indonesia dan bumi pertiwi, kini marga Indonesia sudah broken home.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H