Mohon tunggu...
Syukron
Syukron Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Akademisi hukum

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Dunia Hashtag

13 Januari 2019   19:45 Diperbarui: 14 Januari 2019   20:55 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshoot pribadi

Hashtag menjadi atribut dunia IT untuk mempermudah pengelompokan infomasi yang memiliki tema-tema tertentu.  sekarang hashtag menjadi dunia opini yang memberikan infomasi atau penegasan yang diharapkan oleh pembuatnya. Opini yang terus diinfomasikan ke masyarakat pada media sosial seringkali memakai hastag agar pembaca mudah untuk menemukanya. Hashtag-hashtag terkadang sesuatu yang tidak memiliki nilai lebih. Banyak hastag dibuat melalui buzzer bayaran untuk meramaikan dunia media sosial hanya untuk unjuk gigi.

Dunia hashtag kini berubah menjadi alat politik parktis, apalagi mendekati pemilu sekarang ini. Banyak narasi-narasi yang dihashtagkan untuk mempengaruhi pembaca.  

Dikutip dari kompas penelitian dari we are sosial memaparkan bahwa masyarakat indonesia dalam mengakses media sosial rata-rata menghabiskan 3 jam 23 menit tiap harinya. Hal ini menjadi lirikan para politikus untuk menginformasikan apa yang diharapkan seperti#2019gantipresiden,#2019tetapjokowi.  

Kampanye melalui media sosial itu medium yang sangat murah. Tak seperti harga alat peraga(baliho-baliho), iklan di televisi yang bisa menghabiskan uang sangat besar. Menurut we are sosial bahwa 120 juta orang indonesia mengunakan perangkat mobile(smart phone), Hal Ini yang menyebabkan para politikus beralih ke hastag-hastag untuk meninfomasikan apa yang dia harapkan.

Pengiringan opini politik lewat hashtag memang lebih ampuh ketimbang lewat alat peraga lainya. Namun sangat disayangkan pegiringan opini lewat hashtag lebih kepada pengiringan opini yang tidak mendidik seperti #penguasadzholim, #pki. Banyak hashtag dibuat untuk menjatuhkan orang yang dibenci oleh pembuat hashtag.

Tak heran sejak 2014 sampai saat ini, hashtag selalu dibanjiri oleh iklan politik. Bukan hanya biaya iklan di media sosial yang sangat murah tetapi sebab intensifnya masyarkat indonesia yang menghabiskan setiap harinya untuk bermedia sosial itulah penyebab utama, sebab itu hashtag politik cepat diketahui oleh masyarkat indonesia untuk mempengaruhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun