[caption id="attachment_161597" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Mungkin kita pernah mendengar berita tentang priaabusive(yang melakukan tindakan kekerasan fisik) terhadap pasangannya; tetapi bagi saya yang mendengarnya langsung dari sahabat saya yang mengalaminya langsung, rasanya sangat berbeda: hati dan nurani saya ikut hancur. Ini ceritanya: Airin (bukan nama sebenarnya) berpacaran dengan Ferry (bukan nama sebenarnya) selama kurang lebih setahun. Mereka merasa cocok dan sudah membicarakan tentang masa depan bersama. Walaupun seringkali bertengkar, tetapi mereka merasa selalu berhasil menyelesaikan masalah dengan diskusi yang konstruktif. Hingga terjadilah hal itu. Saat mereka berdua bertengkar seperti biasa, adu mulut tak terhindarkan sampai emosi keduanya mencapai titik nadir. Tangan Ferry pun melayang menabok kepala Airin. Airin pun melotot marah dan langsung meninggalkan Ferry. Airin menyatakan putusnya hubungan mereka melalui SMS. Ferry berusaha keras memenangkan hati Airin kembali, tetapi Airin tak mengindahkannya. Akhirnya setelah hampir sebulan, Airin pun luluh hatinya. Ia kembali pada Ferry, namun dengan kondisi: "Jika kamu sampai memukulku lagi, saat itu juga aku akan meninggalkanmu, selamanya." Dan Ferry berjanji tidak akan melakukannya lagi. Ferry memperlakukan Airin sangat baik, hingga Airin pun berhasil mempercayainya lagi. Namun, rasa percayanya kembali dikhianati setelahnya. Ferry kembali menabok, menjambak, menonjok muka Airin -- di tiga waktu pertengkaran berbeda. Airin berusaha sabar di dua kesempatan pertama, berpikir bahwa ia mungkin juga salah karena telah membuat Ferry naik pitam hingga demikian. Namun setelah mendapat tonjokan berkali-kali tersebut, Airin pun memutuskan mundur untuk selamanya. Satu matanya biru, pipinya lebam, dan ada beberapa bekas luka kecil di sekitar kedua matanya. Airin sangat terpuruk setelahnya, antara marah karena perlakuan tersebut, dan rindu karena mereka dulu selalu bersama-sama. "Bukan masalah sakit fisiknya, tetapi lebih ke sakit batinnya..." ujar Airin. "Gw berkali-kali mikir, apa kesalahan gw sehebat itu sampai dia nonjok-nonjok demikian? Gw hilang kepercayaan diri dan harga diri," lanjutnya. Baru setelah Airin menemukan artikel tentang gejala pria abusive di Internet, ia sadar bahwa Ferry adalah pria abusive dan selama ini ia “dipenjara” oleh Ferry. Inilah 10 gejala yang ia temukan di Internet tersebut, dan memang terjadi pada dirinya: 1.Isolasi: Ferry berusaha keras mengisolasi Airin karena ingin memiliki kendali penuh terhadap hidup Airin. Airin semakin jarang meluangkan waktu dengan keluarga dan teman; hampir semua waktunya harus diluangkan bersama Ferry. Terkadang Ferry bahkan menjelek-jelekkan teman-teman Airin dengan maksud, “Kamu tidak perlu berteman dengan orang seperti itu, mending sama aku saja.” 2.Semuanya tentang sang pria: setelah sang wanita terisolasi, sang pria akan mengendalikan dan memanipulasi sang wanita untuk membuat sang wanita bergantung penuh – secara fisik, materi, emosi – pada sang pria. Dengan cara inilah, Ferry membuat Airin berpikir, hidupnya adalah tentang Ferry, dan jika ia meninggalkan Ferry maka hidupnya akan hancur. Seringpula Ferry tidak menepati janji dan dianggap masalah sepele; tetapi jika Airin yang tidak menepati janji, dipermasalahkan seakan-akan dosa berat tak terampuni. 3.Sang wanita mengubah cara berbusananya: bisa jadi karena ingin menutupi bekas kekerasan fisik, dan/atau karena sang pria mengendalikan apa yang boleh/tak boleh dipakai oleh sang wanita. 4.Sang wanita mundur dari aktifitas yang disukainya: dulunya Airin sering bergaul keluar bersama teman-temannya, namun setelah bersama Ferry, tidak lagi. 5.Sang pria berusaha mengendalikan semuanya: dari apa yang boleh Airin lakukan, hingga apa yang harus Airin katakan jika bertemu orang lain; kegiatan apa yang boleh dan yang tidak boleh, teman mana yang boleh dan tidak boleh, dsb. 6.Sang wanita membuat alasan macam-macam tentang bekas lukanya: biasanya karena sang wanita takut dan/atau malu untuk membicarakannya. Bagi Airin, ia dalam fase penyangkalan: merasa Ferry melakukannya karena terlalu mencintai dirinya, dan merasa ia yang bersalah karena membuat Ferry sangat marah hingga hilang kendali. 7.Sang wanita sangat moody: Airin yang dulunya ceria, jadi terlihat tertekan dan penuh stres. Dulunya kuat, sekarang jadi sering menangis. Dulunya sabar, sekarang jadi gampang marah. 8.Sang pria sangat cemburuan: Airin tidak diperbolehkan mengobrol atau memiliki kontak dengan pria lain. 9.Gangguan tidur dan/atau mimpi buruk: Airin mengeluh susah tidur, dan jika tidur pun seringnya bermimpi buruk, pertanda ia mengalami stres dan/atau trauma. 10.Kinerja menurun: performanya di dunia kerja a jadi menurun, terutama karena stres dan gangguan tidur. Airin mengalami semua hal di atas dan ia mengalami penyangkalan diri saat semuanya itu terjadi -- termasuk sebelum kekerasan fisik terjadi. Setelah membaca hal di atas, ia pun akhirnya menyadari bahwa yang bermasalah adalah Ferry, bukan dia. Ia pun akhirnya menyadari bahwa ia jauh lebih bahagia, tenang, dan bebas setelah tidak bersama Ferry. Airin akhirnya berhasil melangkah maju dalam hidupnya, lambat laun tapi pasti. Para wanita, ingatlah. Tidak ada alasan apa pun di dunia ini yang membolehkan pria sejati mana pun untuk memukul wanita. Jika sang pria meminta maaf, mohon ampun hingga menyembah-nyembah, jangan lemah hati. Sekali sang pria melakukan hal itu, percayalah, pasti akan datang saat kedua, ketiga, keempat kalinya, dan seterusnya. Hormati dan hargailah dirimu, karena (kata iklan apa ya...) “kamu begitu berharga.” PS: Saya menaruh ini di kolom kejiwaan karena menurut saya, pria abusive memiliki masalah psikis/kejiwaan, baik tentang masalah security dan/atau pride yang berlebihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H