Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cerita dari Pinggiran Pasar dengan Berkebun

11 Mei 2013   23:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:43 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kak, kita hari minggu ini kegiatanya tentang apa yah?" tanya si adik kecil.

Sekitar pertengahan april lalu, sekelompok anak muda/i di sekitar pinggiran Pasar Sederhana, Bandung membuat kegiatan penghijauan yang sederhana bagi anak-anak kecil di sekitar pasar tersebut. Pemuda/i tersebut berasal dari jurusan yang berbeda dengan kampus yang berbeda pula. Mereka yang tergabung dalam suatu komunitas yang peduli terhadap permasalahan sosial terutama pendidikan bagi anak-anak di sekitar Pasar Sederhana Bandung.

Rumah Edukasi, nama dari komunitas tersebut. Komunitas Rumah Edukasi terletak di Jalan Sederhana No. 30, Bandung (dekat Pasar Sederhana). Komunitas yang terbentuk sejak akhir 2008 itu, memberikan suasana baru bagi anak-anak di sekitar lingkungan Pasar. Mereka menempati atau lebih tepatnya menumpang di salah satu rumah di sebelah pasar Sederhana demi memberikan pengajaran melalui pendidikan alternatif kepada anak-anak. Kebetulan, penulis merupakan salah satu anggota atau tim dari Komunitas Rumah Edukasi tersebut.

Komunitas Rumah Edukasi ini memiliki pilar-pilar yang mereka kembangkan untuk anak-anak di sekitar pasar, yakni Lingkungan, Nasionalisme, Moral dan Budaya. Keempat pilar inilah yang menjadi landasan dasar yang kuat bagi Rumah Edukasi yang tetap konsisten sampai sekarang ini. Meskipun sekarang ini, para laskar pemuda itu hanya tinggal beberapa. Tetapi, Mereka tetap berjuang untuk memberikan yang terbaik dan tetap melangsungkan kegiatan komunitas tersebut demi mencapai visi komunitas ini.

Kepedulian sosial dan rasa empati melihat kondisi sekitar anak-anak Pasar Sederhana yang melatarbelakangi mengapa komunitas ini ada.  Mengumpulkan pemuda-pemudi yang masih memiliki jiwa sosial untuk terlibat dalam membangun kualitas diri dari anak-anak Indonesia dapat memberikan nyala api lilin terhadap Pendidikan di Indoensia, meskipun hanya sekitar 0,000001 % dari penduduk yang ada di Indonesia ini.  Setiap pemuda/i menguras otak mereka dengan seluruh tenaga untuk memunculkan ide-ide yang kreatif yang kemudian diberikan kepada anak-anak. Di sini, penulis ingin berbagi mengenai cerita Komunitas ini yang membawa landasan pilar Lingkungan yaitu Berkebun dengan ide 'Berpetualang Ke Negeri Berkebun'.

Berpetualang Ke Negeri Berkebun

Minggu yang cerah, seperti biasa suara pasar bercampur dengan deru mengisi ruas jalan di sekitar pinggiran Pasar sederhana, Bandung. Begitu pula di salah satu halaman rumah di Pinggiran Pasar yang juga tidak kalah seru untuk mengisi keriuhan suara pasar. langkah-langkah kaki kecil nan mungil mewarnai tapakan tanah di sekitar halaman tersebut. Anak-anak sedang bermain dan berlari-lari. Ketika itu, jam masih menunjukkan jam 09.00. Adik-adik kecil itu dengan semangat datang lebih awal dari jam biasanya, yang tepatnya pukul 10.00, yakni waktu dimana kegiatan di Rumah Edukasi biasanya dimulai.

"Kak, Hari ini kegiatanya apa yah?" tanya si adik kecil itu. Kemudian sang kakak pun menjawab,"Hari ini kita akan kembali berpetualang rivan." Rivan (2 SD) merupakan salah satu anak di Rumah edukasi. Jam menunjukkan pukul 10.00. Kakak-kakak pembimbing pun sudah berkumpul semuanya. Kemudian salah seorang kakak di Rumah Edukasi pun berkata,"Adik-adik mari kita bentuk lingkaran yuk". Dengan spontan, adik-adik kecil yang kebanyakan masih duduk di bangku kelas 1,2 dan 3 SD itu membentuk pola lingkaran sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kakak pembimbing. lalu kakak itu berkata,"Hari ini kita akan berpetualang di Negeri Berkebun." Kemudian adik-adik berteriak," Horeee!!!!" Teriakan itu sontak membuat kakak-kakak pembimbing mereka cukup terkejut atas reaksi mereka.

[caption id="attachment_253446" align="aligncenter" width="493" caption="Adik-adik berkumpul membentuk lingkaran (Dok.Pribadi)"][/caption] Sebelum Petualangan itu dimulai, adik-adik ini diberi arahan terlebih dahulu dan memberikan permainan pembukaan sebelum berangkat ke Negeri Berkebun. Sekitar 15 menit kemudian, setelah melihat semuanya sudah cukup bersemangat dan nyaman untuk melakukan kegiatan, anak-anak dibawa menuju ke Negeri Berkebun. Akhirnya salah satu dari kakak pembimbing di sana mengeluarkan peralatan-peralatan tempur untuk menuju ke Negeri Berkebun. Peralatan-peralatan yang disiapkan terdiri dari sekop, gunting, plastic bag, Kantong tempat tanaman, dan yang paling dibutuhkan adalah tanah. Setelah semua sudah siap. Petualangan akhirnya dimulai.

Jam menunjukkan pukul 10.25, Anak-anak yang ketika itu berjumlah sekitar 13 anak dibagi menjadi 3 bagian untuk menyelesaikan tantangan di Negeri Berkebun. Dalam petualangan kali ini mereka tetap dibimbing oleh kakak-kakak pembimbing mereka. Tantangan di Negeri Berkebun tersebut adalah Menanam Pohon dari proses awal sampai akhir.

Jam 10,30 pas, Adik-adik kecil itu dengan tangan yang mungil mulai bergerak untuk segera menyelesaikan misi yang telah mereka dapatkan. Mereka masing-masing membagi tugas dan mencari peralatan yang mereka gunakan. Suasana berubah menjadi seru dan terlihat semangat, begitu juga dengan kakak-kakak pembimbingnya. Semuanya saling bekerjasama satu sama lain. "Icha, tolong ambilin gunting itu ya," kata seorang temannya yang bernama Rahma. Ada juga yang saling gotong royong untuk mengangkat tanaman,"M.nur bantu aku angkat yang itu dong," kata Rangga (2 SD) kepada M.nur (2 SD). Tidak hanya anak-anak saja yang berperan, kakak pembimbingnya juga turut membantu, "Rivan, sini kakak ajarin cara guntingnya," Kata salah seorang kakak pembimbingnya. Kekeluargaan pun terbentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun