Mata merupakan bagian terpenting dari organ tubuh manusia. Organ inilah yang membuat kita dapat melihat dunia. Tetapi, ada yang perlu diketahui mengenai salah satu penyakit mata yang sangat membahayakan, yaitu Glaukoma.
“Mari saatnya perkenalkan penyakit glaukoma ini kepada mahasiswa atau anak muda untuk lebih mengetahui mengenai penyakit ini,” ujar ketua Yayasan Glaukoma Indonesia (YGI), yaitu Ibu Susana P.Masmir, S.H. Hal tersebut disampaikan dalam pembukaan acara Seminar “Glaukoma Si Penghancur Penglihatan” di ruang H4B01, Gedung GWM UK.Maranatha. Seminar ini terwujud atas kerjasama dari RAKA.FM dengan Public Relations & Protocol (PR&P) UK. Maranatha serta YGI.
Acara yang dimulai pada pukul 2 siang ini, menghadirkan pembicara yang diundang dari Pusat Mata Nasional RS. Mata Cicendo. Dr. Andika Prahasta, dr. SpM, M.Kes., yang menjadi pembicara pertama dalam acara tersebut menyampaikan bahwa Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau ‘dibalikin’. “Ada hal yang harus dicatat bahwa penyakit ini merupakan turunan dan tidak menular,” tambahnya.
[caption id="attachment_281346" align="aligncenter" width="300" caption="Dr. Andika Prahasta memaparkan mengenai penyakit glaukoma"][/caption] Sebagai kepala unit glaukoma RS. Mata Cicendo mengatakan, “Ada 3 karakteristik yang dapat dilihat dari penderita penyakit glaukoma ini, yaitu tekanan bola mata yang tinggi, kerusakan saraf optik, dan kerusakan lapang pandang.” Beliau mengingatkan bahwa biasanya yang terkena glaukoma tidak menyadari bahwa pandangannya mulai menyempit, dan apabila ini tidak segera diminimalisir maka ke depannya akan berdampak pada kebutaan.
Gejala glaukoma biasanya bersifat progresif dalam artian secara bertahap menyebabkan penglihatan pandanganmata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Biasanya yang mengalami glaukoma terjadi di atas usia 40 tahun. Tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia muda, seperti yang terjadi pada Ramadika yang hadir pada acara tersebut.
Beliau merupakan penderita gejala glaukoma di usia muda. “Saya pertama kali menyadari saya terkena glaukoma, pada saat kuliah Semester 7 di tahun 2009. Sampai pada saat itu, seorang dokter mengatakan kepada saya bahwa saya jangan melakukan apa-apa,” ujar pria lulusan Jurusan Peternakan Unpad.
Beliau berbagi cerita bahwa hal tersebut tidak membuatnya putus asa untuk terus melanjutkan kuliahnya. “Apakah kalian bisa membayangkan bahwa dengan penyakit glaukoma ini, dimana mata kiri saya buta total dan mata kanan saya hanya melihat dengan sekitar 10%, saya bisa menyelesaikan kuliah saya dan sekarang bekerja di Multinational Company?” tegasnya.
Ramadika juga menyarankan bahwa kerja keras dan nita yang besar untuk bisa menghadapi semua ini yang membuatnya bisa menjadi seperti sekarang. Beliau bekerja di salah satu Multinational Company dan sudah mendapatkan 3 kali promosi serta melakukan perjalanan ke luar negeri sendirian.
Terkait hal ini, dokter Andika Prahasta menyampaikan bahwa di usia muda memang bisa terjadi tetapi kemungkinannya masih sangat kecil. Di samping itu, beliau menegaskan untuk penyakit glaukoma tidak ada obatnya. “Sebenarnya tidak ada obat di dunia ini untuk menyembuhkan glaukoma, tetapi yang dilakukan adalah hanya memanipulasi tekanannya, yaitu dengan menurunkan tekanan yang tinggi itu.” Oleh sebab itu, beliau menyarankan untuk melakukan pendeteksian dini. Ciri-ciri apabila terkena glaukoma, yaitu biasanya sewaktu berjalan akan sering tersandung, ketika melihat lampu akan memancarkan warna pelangi, dan lain-lain.
Dalam mendiagnostik penyakit glaukoma, Dr. Elsa Gustianty, dr. SpM., M.Kes., yang merupakan staff unit Glaukoma RS. Mata Cicendo, menyampaikan bahwa terdapat beberapa cara untuk melakukan hal tersebut. Diantaranya, yaitu tes konfrontasi, lapang dada, Goniskopi, Non Contact Tonometer, Palpasi dan lain-lain.
[caption id="attachment_281347" align="aligncenter" width="491" caption="Dr. Elsa memaparkan cara mendiagnostik glaukoma"]
Dalam seminar tersebut, para hadirin yang datang dapat melakukan check-up secara langsung terkait dengan penyakit glaukoma. Diagnostik yang dihadirkan di acara tersebut yaitu melalui alat yang dinamakan dengan Non Contact Tonometer. Cara kerja alat ini yaitu memberikan hembusan angin ke mata kita.Tentu saja hal ini menarik perhatian dan antusiasme dari para peserta yang secara langsung mengantre untuk mendapatkan check-up tersebut.
[caption id="attachment_281349" align="aligncenter" width="491" caption="Non Contac Tonometer (Alat diagnostik Glaukom)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H