Di tengah teriknya panas matahari siang, Wajah Mugiyono (46) masih terlihat lusuh menanti datangnya penumpang yang mau menaiki becaknya. Sesekali, dia bersandar pada bahu becaknya untuk mengistirahatkan tubuhnya. “Ya, sejak kebakaran pelanggan jadi sepi, mas,” ujarnya. Mugiyono adalah satu dari sekian banyak penarik becak yang biasanya mangkal di pelataran halaman pusat perbelanjaan King’s.
Mugiyono sedang menunggu penumpang
Pada Selasa (24/06) yang lalu, pusat perbelanjaan King’s dilanda kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan beserta isinya. Pusat perbelanjaan yang terletak di jalan Kepatihan, Bandung, ini termasuk salah satu ikon kota bandung dan tempat favorit yang selalu dikunjungi. Tempat ini merupakan pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai jenis produk pakaian dan kain dengan harga yang relatif terjangkau.
Mugiyono juga masih ingat saat kejadian itu. “Apinya terus membumbung tinggi dan menyeramkan. Orang-orang berlarian untuk nyelametin barang-barang yang bisa diselamatin,” katanya. Dia bercerita bahwa ia bersama warga setempat membantu mengangkut bal-bal kain dan pakaian dari toko-toko yang berada di sebelah pasar King’s untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman. “Waktu itu, sekitar jam enam pagi. Mereka takut kalau apinya itu menjalar ke toko-toko sebelah mas,” lanjutnya. Dia mengingat bahwa petugas pemadam kebakaran kala itu, terus berusaha untuk menjinakkan api yang mengerikan itu.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nono (63), yang sehari-hari menjadi pedagang asongan berupa rokok dan makanan ringan di depan Pasar King’s. “Asap dari apinya besar sekali. Semua hangus. Saya hanya bisa melihat dan doa saja. Udah ngak kuat untuk lari-lari bantuin lagi,” ujarnya. Nono yang sudah berjualan sejak tahun 1978 itu berujar bahwa keuntungan yang didapatkan per harinya berkurang. “Sebelum kebakaran, seharinya bisa dapat 400 – 500 ribu. Sekarang, Cuma bisa 150 – 200 ribu aja,” ujar pria yang rambutnya sudah mulai memutih akibat penuaan.
Menurut kesaksian Nono, awalnya kebakaran ini bermula dengan adanya laporan dari petugas kebersihan bahwa trafo yang ada di bawah lantai gedung sudah ada kepulan asap. “Nah, setelah itu dipanggil petugas listriknya. Namun, petugas listrik hanya berujar bahwa ini sudah biasa terjadi. Tetapi, lama kelamaan asapnya tambah membumbung tinggi dan mengeluarkan api,” ujar Nono ketika ditanya mengenai penyebab kebakaran. Nono menginat kejadian itu terjadi pada pukul 23.00.
Sebelumnya, berdasarkan ingatan pria yang telah memiliki 7 anak dan 7 cucu ini, bahwa Pasar King’s pernah mengalami kebakaran di tahun 1989. “Saat itu, kebakaran ngak segede ini. Cuma hanya bagian samping saja,” ujarnya saat dijumpai kemarin siang.
Akibatnya, Gedung yang berlantai 5 dan memiliki ratusan toko di dalamnya mengalami kerugian yang ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah. Saat ini, pada lokasi kejadian telah dipasang penutup seng dan garis polisi yang berjarak sekitar 3 meter dari badan jalan Kepatihan. Di depan gedung pasar King’s juga didirikan sebuah pos polisi yang berjaga selama 24 jam mengawasi gedung yang seluruh bangunannya hangus terbakar.
Besi-besi dan keramik dari bangunan tersebut terlihat berwarna hitam legam akibat api dan asap yang mengepul tinggi. Sebuah Jembatan yang menghubungkan gedung king’s dengan gedung di depannya juga tidak luput dari ganasnya api. Sisa-sisa kebakaran juga masih tampak dari luar bangunan, seperti tiang-tiang bangunan dan barang-barang yang hangus terbakar tanpa sisa.
[caption id="attachment_334143" align="aligncenter" width="491" caption="Polisi yang berjaga di depan King"]