Seminggu sudah pelaksanaan EvaluasiBelajar Nasional Tahap Akhir (EBTANAS) sudah berlalu, detik detik menjelang kelulusan pun akan di lalui Rani. Masa-masaSMA yang penuh kenangan pun akan segera berakhir. Rani gadis remaja 17 tahun sederhana, pemalu dan mempunyai paras cantik, bibir tipis dan kulit sawo matang. Mukanya yang oval menambah kecantikannya. Ibarat bunga yang sedang mekar mekarnya dan meranum, banyak kumbang-kumbang yang datang terbang dan mencoba hinggap di hatinya. Tapi hati rani masih tertutup, Rani bukanlah tipe gadis yang bisa dengan mudah menerima pemuda untuk dijadikan pacar walaupun rani bisa berteman dengan siapa saja .
Suatu pagi seperti biasadi saat Rani memulai hari dengan menyapu lantai rumahnya tiba tiba ibu Rani mendekat dan mengajaknya berbincang santai di ruang tamu.
“nduk... sini dulu, nyapunya berhenti sik ibu pengen cerita cerita sama kamu nduk”
“oh .. njeh bu, ada apa kok gak seperti biasanya” Rani menimpali sambil masih memegang gagang sapu kemudian duduk di sebelah ibunya.
“kamu baik baik saja kan nduk? Ibu perhatikan setelah kamu selesei ujian akhir kok banyak pendiamnya, tidak seperti sebelum-sebelumnya kamu sering bernyanyi di sela-sela kamu bantu bantu ibu, ono opo tho nduk?” sebagai seorang ibu yang selalu perhatian kepada anak gadisnya, Ibu Ranipun mencoba mencari tahu.
Mendengar ibunya memperhatikan kegundahan hatinya selama ini, Rani mencoba membuka suara.”Anu bu... Rani bingung, sebenarnya setelah tamat SMA Rani punya cita-cita pengen kuliah bu, Rani pengen jadi guru SD, tapi.....” suara rani pun tertahan Rani memang sangat mengetahui kondisi keuangan orangtuanya, Rani takut keinginannya untuk kuliah tidak di restui orangtuanya karena faktor biaya.
“tapi opo nduk? Soal biaya? Iya? Jadi kamu bingung memikirkan biaya untuk kuliah kamu nantinya..... memang ibu dan bapakmu ini orang biasa, orang kecil... ibu sehari hari berdagang kepasar dan bapakmu kesawah tapi hidupkan harus di perjuangkan nduk.... wes lah gak usah mikir yang tidak tidak, insya Alloh kalau niat kita tulus dan kamu bener bener berjuang untuk cita-citamu pasti ada jalan” Ibu Rani ngadem ngademi hati anaknya dengan menimpali jawaban yang penuh harapan demi cita-cita anak gadisnya.
Ibu Rani seakan tahu bagaimana menyesalnya dia karena cita-citanya menjadi guru kandas karena orang tuanya dulutidak merestui keinginannya.kini tidak dinyana-nyana anak gadisnya juga mempunyai cita-cita yang sama seperti dirinya saat muda menjadi seorang guru SD.
“Bener bu? Ibu ndak keberatan dan merestui Rani untuk kuliah dan menjadi guru SD?” mata Rani berbinar-binar penuh harap dan kegundahannya selama ini seakan sirna setelah mendengar kata-kata dari ibunya.
“iya nduk.... ibu merestui dan mari kita berusaha bareng-bareng demi cita-citamu juga”
####
Hari ini hati Rani berdebar-debar dan harap-harap cemas, hari dimana akan ada pengumuman kelulusan dari hasil EBTANAS akan diumumkan. Jadwal pengumuman direncakan akan di tempel pukul 10.00 pagi di ruang pengumuman dekat ruang kepala sekolah. Jam menunjukkan pukul 08.10 pagi tetapi Rani sudah siap dan segera menuju kesekolahan dengan sepeda angin merk R*C yang biasa digunakannya untuk berangkat sekolah.
“Bu... Rani berangkat dulu ya, doakan moga hasilnya baik dan memuaskan ya bu...” Rani berpamitan dengan ibunya tak lupa dia mencium tangan ibunya tanda kepatuhannya.
“iya nduk... hati-hati ya, doa ibu selalu menyertai langkahmu”
Rani segera berangkat dan mengayuh sepedanya perlahan lahan karena hari masih pagi dan untuk berangkat kesekolahan Rani Cuma membutuhkan waktu setengah jam.
“Rani..... tunggu.....” tiba tiba Lala sahabatnya memanggil dari belakang setelah Rani melewati tikungan pembatas desanya.
“hei... Lala... seneng banget bisa bertemu kamu disini.. tak kira hanya aku yang berangkat kepagian”
“Aku deg-degan Ran... makanya aku berangkat jam segini, aku fikir mending ketemu kamu dan temen temen yang lain jadi deg-deganku bisa mereda, dugaanku benar kamu ternyata berangkat pagi” Lala tersenyum senang bisa berjumpa sahabatnya sesuai dengan dugaanya.
Mereka pun ngobrol kesana kemari sambil mengayuh sepeda ke sekolah, sesekali mereka tertawa tawa kecil mengingat- ngingat kejadian kejadian lucu saat belajar bersama kemarin kemarin. Tiba-tiba seorang pemuda memberhentikan sepeda mereka dengan mengarahkan sepeda motor R* King tepat di depan roda sepeda Rani. Kedua sahabat itu pun terhenyak kaget melihat kejadian secepat ini ada di depan mata mereka. Pemuda itu ternyata telah menguntit Rani dan lala dari tikungan pembatas desa Rani.
Siapakah pemuda itu dan mengapa dengan tiba tiba mencegat Rani dan Lala?
Bersambung........
Comal, 19 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H