Mohon tunggu...
Agus Siswanto
Agus Siswanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencoba mengasah otak lewat coretan kecil || tinggal di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah ||

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Masih) Gagal Melangkah

5 Maret 2014   00:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Gambar Ilustrasi"][/caption] sumber gambar Disini

Hari ini senja datang kembali, membawa sejuta peristiwa yang terjadi. Senja seakan menepati janji yang akan hadir menampakan sisa cahaya terangnya. Memang janji telah dipegang dan telah ditepatinya. Tapi tidak dengan hati ini, hati ini masih menyisahkan kerapuan dan selalu saja gagal untuk berlalu. Gagal untuk berdamai dengan masa lalu. Hati ini masih terasa sesak dan sakit jika mengingat tentang dirimu.

Aku gagal, aku gagal berdamai dan berlalu untuk memulai lembaran baru kehidupan. Aku selalu teringat dan teringat cerita saat kita berdua. Saat bersama menyelami naik dan turunnya kehidupan. Apa karena aku sangat menaruh rasa yang sangat besar kepadamu. Aku sangat mencintaimu bahkan rela melangkah bersama dalam setiap suasana kehidupan. Tapi harus berakhir seperti ini. Rasa itu sulit dihilangkan.

Sulit menghilangkan rasa ini sampai kapanpun. Mungkin sampai aku mempunyai penggantimu. Tapi apakah aku berhasil dan takkan teringat lagi jika penggantimu telah hadir. Satu yang tidak bisa belalu dari fikiranku karena aku belum dan bahkan mungkin tidak mampu untuk menghilangkan kamu dari hati ini.

Benih yang telah tumbuh dan bersemi menjadi pohon kokoh dengan daun yang rimbun tiba-tiba tercabut dan akarnya menyembul keluar, jatuh tak berdaya. Sakit,sesak,panas, dan membara. Tapi aku tak mampu untuk membencimu, aku terlalu cinta kamu. Diluar aku terlihat tegar dan masih bisa tertawa tertawa ceria jika bertemu dengan orang, tapi disaat aku sendiri rasa ini sangat berkecamuk dan jika mengingat harus menghadapi kenyataan kehidupan yang telah membawamu dengan dia sungguh aku tak mampu.

Berbulan-bulan sudah berlalu, sedikit aku mulai menerima kenyataan. Sekuat hati untuk mencoba berdamai. Benar aku bisa, aku bisa. Tapi beberapa hari aku mulai teringat lagi. Sungguh bak ombak dipantai yang kadang mendekat dan menjauh. Harusnya aku senang dan bahagia setelah menerima kabar terbaru darimu. Secara fisik aku tertawa senang, bahkan tertawa dan tertawa berakhir dengan kebuntuan kata-kata.

Kini kau telah milik orang, dan aku hanya sendiri menikmati senja. Semilir angin yang berlalu membawa jauh pandangan mata. Entah sampai kapan aku seperti ini. Menikmati dan menjalani hari-hari dengan kesenduhan hati. Tiada yang tahu, dan hanya aku dan senja yang sama-sama mengerti arti pahitnya kenyataan. Sesak dan mengganjal, ya memang seperti itu rasa yang telah kau tinggal. Jika rasa itu muncul, satu yang tak pernah aku tinggalkan hanya mengatur nafas panjang dan menghembuskannya kembali dengan perlahan.

Aku memang rapuh, aku memang terluka, aku memang terganjal dengan peristiwa yang bahkan sampai membuat badan ini bergetar kencang. Tapi aku masih bisa menjalani hidup seperti biasa, walau fikiran ini tetap enggan berlalu darimu. Hanya saja masih terlalu lemah hati ini untuk bergelora kembali. Butuh waktu lebih untuk membangun kembali setelah runtuh dan terkoyak.

Comal, 04 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun