Sebenarnya ini bukan kejadian yang saya alami langsung, tapi saya ikut dalam bagian antrian tersebut. Karena melihat di depan mata langsung saya jadi ingat peristiwa yang saya alami beberapa bulan yang lalu di sebuah pusat perbelanjaan di kota dekat tempat tinggal saya di Pemalang.
Sebelum saya menceritakan kejadian yang saya alami tersebut, saya akan menceritakan kejadian sore tadi di sebuah stasiun kereta api di semarang. Ceritanya saya di mintai tolong oleh saudara untuk memesankan tiket kereta api untuk tujuan Surabaya. Sepulang dari kantor saya bergegas ke stasiun poncol, sebenarnya untuk keberangkatan kereta eksekutif kan dari stasiun tawang, tapi kenapa saya ingin ke stasiun poncol. Toh, sama sama pesen tiket kereta buat keberangkatan besok hari.
Tibalah saya di poncol,ambil formulir pemesanan, isi, selesai dan pencet nomer antrian. Keluarlah kertas nomer antrian dengan tulisan nomer 550. Saya belum kaget karena belum menuju keloket. Setelah saya ke loket baru saya berkata wow, nomer yang di panggil baru antrian 301 berarti masih ada 140an lebih padahal waktu pelayanan tidak mungkin kilat. Saya belum kefikiran untuk menuju ke stasiun tawang, saya menunggu sekitar 15 menitan, dirasa rasa kok antrian berjalan lamban ya padahal jam sudah pukul setengah lima sore wah bisa sampai maghrib dong. Ok lah saya cabut saya lalu bergegas ke tawang.
Langsung saya mengambil sepeda motor dan secepat gas yang saya bisa kendalikan saya menuju ke stasiun tawang. Tanpa adanya suatu halangan, alhamdulillah saya sampai dengan selamat. Parkir motor dan bergegas ke loket penjualan karcis, pencet nomer antrian dan ya dapat nomer 5047 setelah melihat ke monitor kasir yang baru di panggil nomer 5028 mending lah gak ngantri sampai beratus ratus nomer.
Saya duduk sambil menunggu, sambil bengong dan melihat kiri kanan, membunuh waktu dengan bermain hape. Lah di tengah saya menunggu antrian, nomer antrian di panggil, orang yang mempunyai nomer antrian tersebut maju kekasir, tiba tiba ada dua orang berseragam atas hijau bawah hijau dengan potongan cepak langsung aja menuju ke loket kasir padahal orang yang nomernya di panggil juga datang ke loket tersebut. Haduh .... itu pemuda berseragam hijau hijau dari kedinasan tertentu ngapain main serobot, fikir saya. Saya terus memperhatikan, tanpa rasa bersalah atau sekedar basa basi meminta maaf kepada orang yang nomernya di panggil malah terkesan cuek dan angkuh banget.
Saya lihat kasir memberi aba aba untuk sejenak bersabar kepada orang yang nomernya di panggil tadi, saya lihat orang tersebut juga menurut tapi mungkin didalam hatinya sangat jengkel sekali sampai sampai mengeluarkan hapenya dan memoto dua orang yang ga punya sopan santun, mungkin mau di upload ke media sosial atau apalah saya gak ngerti. Tapi di lihat dari gerak gerik tubuhnya orang itu betul betul mangkel.
Saya tahu perasaan orang itu, setelah lama lama menunggu dan setelah giliran nomernya di panggil eh malah di serobot, piye jal perasaanmu? Pasti sakitnya disinih kan !
Itu kejadian orang lain yang mengantri di stasiun kereta api sore tadi, untungnya saat nomer saya di panggil lancar jaya sampai tiket kereta ada di genggaman.
Lain lagi dengan pengalaman saya sendiri, saya malah ekstrim dengen menunjukkan keegoisan diri karena merasa diperlakukan tidak adil oleh kasir swalayan. Waktu itu saya dan teman sedang berbelanja pakaian di salah satu pusat perbelanjaan di kota dekat rumah saya. Setelah mendapatkan barang yang di inginkan setelah lama memilih dan memilah kami segera bergegas ke kasir. Memang waktu pembayaran saya nitip ke teman tapi saya juga mendampingi tak jauh dari tempat teman saya ngantri. Ngantri lumayan agak lama ada setengah jaman. Setelah giliran mau membayar, ada bapak bapak yang menyerobot dari belakang, padahal barang yang akan saya beli belum di hitung. Eh mbaknya kasir malah melayani bapak itu duluan, lah saya dan teman saya di anggap apa? Boneka? Patung atau hantu yang tak terlihat.
Sebel banget dong, padahal agak sepele tapi karena sudah ngantri lama dan mendapat serobotan pasti sakitnya disinih! Akhirnya teman saya memberi kode dan di iyakan oleh saya. Sepakat, akhirnya barang kami letakkan di depan kasir dan kami pun berlalu dengan ke egoisan karena ketidak adilan itu. Masa bodoh, salah siapa di berlakukan tidak adil.
Keluar dari pusat perbelanjaan itu kami ke tempat perbelanjaan lain ke Ca##Fo##, akhirnya rasa terpuaskan kami dapatkan di situ dengan nominal total harga sama tapi bisa mendapatkan berbagai macam barang dan jajanan.
Salahnya sendiri diperlakukan tidak adil kami juga bisa kok berbuat seenaknya sendiri, sudah mangkel duluan.
Sebenarnya kalau bisa bersabar sedikit harusnya gak usah seperti itu, tapi mungkin bukan rejeki di pusat perbelanjaan itu tapi rejekinya Ca##Fo## karena akhirnya uang kami belanjakan di situ hehehe
SMG,22102014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H