Mohon tunggu...
Agus Siswanto
Agus Siswanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencoba mengasah otak lewat coretan kecil || tinggal di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah ||

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Beruntungnya Hidup di Desa, LPG Naik Tidak Berpengaruh bagi Kami

4 Januari 2014   14:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga gas tabung biru berukuran 12 kg yang naik tidak terkendali memang sangat merepotkan bagi sebagian masyarakat Indonesia, yang memang untuk memasak makanan sangat tergantung dengan produk tersebut. Tapi tidak begitu dengan keluarga kami yang terbiasa hidup didesa dan terbiasa belum pernah menggunakan produk tersebut seumur hidup ibu saya.

Ya, Ibu saya memang tidak menggunakan produk gas baik ukuran 3kg maupun ukuran 12 kg. Walaupun peralatan pendukung untuk menggunakan produk gas tersebut sudah ada tetapi Ibu saya tetap tidak mau menggunakan kompor gas. Alasanya takut terjadi ledakan seperti berita berita di tv. Alhasil dari saya kecil sampai segede ini saya tetap makan dengan hasil masakan ibu menggunakan kayu bakar.

Mungkin ini keberuntungan bagi kami karena tidak terlalu pusing memikirkan harga-harga gas LPG yang melonjak luar biasa, kami sudah terbiasa masak dengan menggunkan kayu bakar. Dan kayu bakarnya pun tinggal mencari di kebun belakang, atau sisa sisa dari pohon kelapa yang daunnya sudah kering dan jatuh ke tanah.

Makan masakan yang di masak menggunakan kayu bakar bagi kami juga biasa saja, hasilnya pun enak di makan. Walau terkadang memang ada bau pembakaran sisa kayu bakar tetapi yang penting bisa makan kenyang dan alhamdulillah di beri kesehatan sampai sekarang.

Memanfaatkan kebun sendiri dengan mengambil ranting ranting dan daun kelapa yang sudah kering memang sangat menguntungkan bagi kami, selain gratis dari kebun sendiri dan tidak perlu biaya hanya perlu tenaga saja untuk memperolehnya. Pandai pandai memanfaatkan momen musim, sebelum musim penghujan datang biasanya bapak saya rajin mencari kayu bakar untuk di jemur dan disimpan. Dan ini biasanya di lakukan di musim kemarau, sehingga setelah musim penghujan datang kayu bakar sudah siap di gudang untuk bisa di pakai memasak, Tidak perlu pusing pusing memikirkan anggaran beli gas LPG sehingga bisa di alihkan untuk membeli kebutuhan yang lain.

Jadi kami bisa bilang harga LPG naik, tidak berpengaruh secara langsung bagi kami. Itulah salah satu keuntungan hidup didesa dengan masak menggunakan kayu bakar. Tetapi walau demikian saya berharap pihak terkait mengkaji ulang kenaikan LPG 12 Kg tersebut demi kelangsungan hidup saudara saudara saya yang lain di Negara Indonesia.

Salam

Comal, 04 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun