“Donat… donat… donat.. donat… “ Suara bapak penjual donat itu selalu menerbitkan rasa iba di hatiku. Entah mengapa? Mungkin, karena suaranya yang agak-agak sengau atau mungkin juga karena melihat langkah kakinya yang tiada kenal lelah, menyusuri jalan setapak demi setapak, untuk menjajakan donat. Namun, dari hari ke hari, saat aku semakin sering mendengar suaranya, rasa iba itu berubah menjadi kekaguman.
Entah, mulai jam berapa, bapak penjual donat itu keluar dari rumah, aku tidak tahu. Yang aku tahu, saat sebagian besar orang masih menikmati suasana pagi dengan membaca koran, bercanda dengan cucu, menonton berita dan gosip, atau menikmati sepiring gorengan ditemani secangkir teh hangat, bapak itu sudah ada di jalanan sambil memanggul susunan rak-rak plastik berisikan donat. Suaranya yang khas meluncur deras, berharap ada orang-orang yang akan segera membeli dagangannya. Kadang berhasil, tapi tak jarang sia-sia. Namun langkahnya terus terayun. Bahkan hingga sang malam memeluk raganya.
Perjuangan yang luar biasa. Teladan hidup yang patut untuk dicontoh. Jujur, aku merasa malu melihat bapak penjual donat itu. Aku yang dikaruniai pekerjaan yang lebih baik, di kantor yang nyaman, tidak kepanasan, tidak kehujanan, seringkali malah tidak berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Hanya bekerja seadanya dan lebih banyak ‘leyeh-leyeh’ (bersantai-santai) karena merasa pekerjaan sudah beres.
Terima kasih, Pak. Suara khasmu telah membuka mata hatiku. Ayunan langkah kakimu membangkitkan semangatku untuk memperbaiki sikap-sikap yang kurang pantas, yang aku lakukan selama ini. Aku harus bekerja dengan baik karena itu adalah bukti rasa syukurku. Dan karena, ada lebih banyak orang yang nasibnya tidak seberuntung diriku. Kepanasan, kehujanan, bergelut dengan sampah, dikejar-kejar petugas, bertaruh nyawa, hanya demi mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI