Maunya manusia, bila terjadi hal buruk, maka ingin cepat berlalu. Berlalu menjadi baik tentunya, bukan berlalu kemudian berganti menjadi buruk sekali. Namun, bla terjadi hal baik, maka inginnya terus saja sepanjang masa. Bahkan kalau bisa, sampai akhir menutup mata. Kecil dimanja-manja, muda foya-foya, setengah baya trilili-tralala, tua kaya raya, mati masuk surga. Demikian yang dikehendaki.
Akeh tunggale! Tapi saya juga mau!
Bagaimana dengan orang yang sepanjang hidupnya susah terus atau senang terus? Nah, tentunya ‘sepanjang’ itu bisa dibagi-bagi menjadi satuan waktu atau periode atau apapun. Mungkin saja sedetik dalam hidupnya, atau sejam dalam hidupnya, dia sempat merasakan senang atau susah. Pada saat itu, itulah saat berlalunya. Tapi, apa ya dalam hidup kita, hanya sekali saja dan itu hanya sedetik atau sejam merasakan susah atau senang sedangkan selebihnya adalah kebalikannya? Tidak mungkin kan?
Kalau saja ada manusia yang bisa merasakan senang terus sepanjang hidupnya, mungkin hidupnya hambar. Pun kalau ada manusia yang hidupnya susah terus sepanjang usia, berarti dia patut dikasihani. Hehehe. Paling tidak, semua itu tetap akan berakhir saat dia mati.
Semua pasti berlalu, susah senang, suka duka, nestapa bahagia. Dan untuk di dunia, batasan paling pol berlalu adalah pasti, yaitu mati. Masalah di alam sana nanti, tak usah dipikirkan, jalani saja.
Kenapa saya mengutip ayat-ayat itu? Paling tidak, bukan saya yang menyarankan untuk menikmati sesuatu secara berlebih dan juga selalu berusaha bersyukur.
Kenapa saya tidak mau menyarankan hal-hal tersebut? Karena saya juga manusia, yang kadang masih suka menikmati sesuatu secara berlebih saat bisa, seperti ketawa ngakak sampai terbahak-bahak saat nonton dagelan Kirun dan Topan. Bersyukur? Ck, saya sering lupanya. Hanya pada saat susah saya sering ingat Tuhan.
Apakah saya juga bisa ikhlas menerima cobaan-cobaan dengan mengingat ‘semua pasti berakhir, semua pasti berlalu’? Tentu saja… tentu saja tidak.
Memangnya saya hebat apa? Kalau anda menganggap saya begitu, berarti anda sangat berlebihan. Itu tidak baik.
Seperti saat ini, dari tadi saya menikmati minum es secara berlebihan. Makan gorengan dengan Lombok setannya juga berlebihan. Tapi bukan setannya yang berlebihan.
Saat ini, rasanya saya juga mikir terlalu berlebihan… *menghela nafas panjaaaang*