Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - verba volant scripta manent

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moderasi Beragama Menguat Bersama Paus Fransiskus

8 September 2024   16:50 Diperbarui: 8 September 2024   17:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moderasi beragama di Indonesia semakin menguat dengan kehadiran sosok Paus Fransiskus yang telah memberikan inspirasi luar biasa melalui pesan-pesannya yang mendalam. Sebagai salah satu pemimpin spiritual dunia, Paus Fransiskus secara konsisten mendorong dialog antaragama dan perdamaian global. Pada tahun 2019, saat Indonesia mencanangkan "Tahun Moderasi Beragama", dunia internasional juga merayakan Tahun Moderasi Internasional yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa moderasi beragama merupakan strategi global yang penting dalam menjaga keharmonisan umat manusia di tengah perbedaan.

Di Indonesia, yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, agama, suku, dan ras, moderasi beragama sangat strategis dalam menjaga kesatuan bangsa. Kampanye moderasi yang diinisiasi oleh Kementerian Agama RI menjadi langkah konkret dalam merawat kebhinnekaan dan memperkuat persatuan di tengah masyarakat yang multikultural. Pendekatan ini menjadi penting dalam menghadapi berbagai tantangan ekstremisme yang semakin mengancam harmoni sosial di berbagai belahan dunia.

Salah satu kontribusi besar Paus Fransiskus dalam memperkuat moderasi beragama di Indonesia adalah melalui pesan-pesannya yang relevan dan mendalam. Selama kunjungan ke Indonesia, Paus menegaskan dua pesan utama yang menjadi landasan moderasi beragama. Pesan Pertama, yang mengajak umat beragama untuk melihat sesuatu secara mendalam, menyiratkan bahwa hanya dengan pemahaman yang lebih dalam kita dapat menemukan persamaan di tengah perbedaan. Pesan ini sangat relevan bagi masyarakat Indonesia yang beragam, di mana sering kali perbedaan agama menjadi sumber konflik, padahal ada banyak nilai kemanusiaan yang dapat menyatukan.

Pesan Kedua, Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya menjaga ikatan antarumat beragama, yang disimbolkan dengan "Terowongan Silaturahmi". Terowongan ini, yang secara fisik menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta, menjadi simbol kuat bagi upaya membangun jembatan dialog dan kerjasama antarumat beragama. Dengan menjaga hubungan yang erat di antara agama-agama, kita tidak hanya menghindari konflik tetapi juga memperkuat solidaritas sosial.

Dalam konteks Indonesia, moderasi beragama tidak hanya relevan sebagai konsep teoretis, tetapi juga menjadi strategi kebudayaan yang mendalam dalam menjaga keutuhan negara. Moderasi beragama mengajak masyarakat untuk melampaui batas-batas perbedaan agama dan budaya, serta menemukan nilai-nilai bersama yang dapat dijadikan landasan untuk menciptakan perdamaian dan keadilan sosial. Pesan Paus Fransiskus menjadi penegasan bahwa moderasi beragama bukan hanya tanggung jawab umat beragama tertentu, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.

Mengingat dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia sering kali menjadi saksi dari berbagai konflik yang berlatar belakang agama. Penelitian Cornelis Lay menunjukkan bahwa kekerasan atas nama agama kerap terjadi di Indonesia, menjadikan negara ini sebagai salah satu kawasan yang paling produktif dalam memproduksi kisah tragis mengenai konflik agama. Hal ini menegaskan pentingnya moderasi beragama sebagai cara untuk mematahkan siklus kekerasan dan membangun narasi baru yang mengedepankan harmoni.

Dalam pandangan Yudi Latif bahwa kekerasan atas nama agama adalah manifestasi dari pemahaman agama yang tidak berakar pada nilai-nilai kasih sayang dan kemanusiaan. Dalam hal ini, moderasi beragama menjadi jawaban untuk mengembalikan agama ke esensi dasarnya sebagai sumber cinta kasih dan perdamaian.

Kritik Karl Marx terhadap agama sebagai "candu" bagi masyarakat juga relevan dalam konteks ini. Ketika agama dipolitisasi atau dijadikan ideologi, ia dapat melahirkan kesadaran palsu yang justru memperkuat struktur kekuasaan yang menindas. Pikiran moderat seperti yang disuarakan Paus Fransiskus, berusaha membebaskan agama dari keterasingan ini dan mengembalikannya pada peran utamanya sebagai penuntun moral yang menciptakan keadilan dan kedamaian.

Dengan pesan yang kuat dan relevan, Paus Fransiskus telah menunjukkan bagaimana moderasi beragama dapat menjadi pilar utama dalam menjaga persatuan di tengah perbedaan. Pesan-pesannya yang mengajak umat beragama untuk melihat lebih dalam dan menjaga ikatan persaudaraan lintas agama memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk terus memperkuat moderasi beragama sebagai strategi nasional dan menjadi contoh global dalam penerapan moderasi beragama yang inklusif dan berkelanjutan.

Kampanye moderasi beragama yang digencarkan oleh pemerintah Indonesia sejalan dengan visi Paus Fransiskus tentang pentingnya dialog antaragama. Baik melalui pendidikan, kebijakan, maupun aktivitas sosial, moderasi beragama menjadi upaya kolektif untuk memastikan bahwa perbedaan tidak lagi menjadi sumber konflik, melainkan menjadi kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih damai dan berkeadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun