Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia, dengan memilih menggunakan pesawat komersil dan Toyota Kijang Innova Zenix, merupakan simbol kuat yang menggugah perhatian masyarakat global.Â
Sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus selama ini dikenal dengan gaya hidup yang menjauhi kemewahan dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, seperti solidaritas, kesederhanaan, dan kasih terhadap kaum marginal.Â
Pilihannya untuk menggunakan moda transportasi yang umum dipakai masyarakat kelas menengah Indonesia menjadi kritik tersirat bagi para pejabat yang sering kali terlihat menikmati fasilitas mewah yang terkesan tidak sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang mereka layani.
Sikap Paus Fransiskus ini bukan hanya sekadar pilihan pribadi, melainkan refleksi dari prinsip-prinsip ajaran Kristen yang mengedepankan kerendahan hati dan kesederhanaan.Â
Dalam konteks Indonesia, langkah ini memberikan pesan moral yang tajam bagi pejabat-pejabat publik yang sering memamerkan gaya hidup mewah, mulai dari penggunaan mobil-mobil mahal hingga pesawat pribadi.Â
Di tengah krisis ekonomi yang masih melanda sebagian besar masyarakat Indonesia, perilaku hedonistik para pemimpin ini bertolak belakang dengan cita-cita untuk menciptakan pemerintahan yang berempati terhadap rakyat.
Pemilihan Toyota Kijang Innova Zenix oleh Paus Fransiskus adalah contoh yang jelas dari bagaimana seorang pemimpin dunia dapat memilih alat transportasi yang sederhana, tanpa mengurangi martabat dan keagungan posisinya.Â
Ini adalah simbol keberpihakan kepada rakyat jelata, yang setiap harinya bergulat dengan berbagai tantangan ekonomi. Kontras dengan itu, banyak pejabat Indonesia yang sering terlihat menggunakan mobil-mobil mewah sekelas Mercedes-Benz, BMW, atau Lexus, yang secara terang-terangan menunjukkan adanya ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya.
Lebih jauh, pilihan Paus Fransiskus menggunakan pesawat komersil menunjukkan bahwa pemimpin dengan posisi dan otoritas besar pun tidak harus menikmati fasilitas eksklusif. Ini menjadi ironi bagi para pejabat Indonesia yang sering kali merasa perlu menggunakan jet pribadi atau fasilitas VIP ketika bepergian.Â
Ketika seorang pemimpin spiritual dunia bisa dengan rendah hati duduk di pesawat komersial, pertanyaannya adalah mengapa pejabat-pejabat publik yang tugasnya melayani rakyat justru merasa perlu memisahkan diri dari mereka?