Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Strategi Perjuangan Tan Malaka, Inspirasi Sepanjang Zaman

17 September 2024   01:19 Diperbarui: 17 September 2024   01:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang menonjol dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal karena gagasan-gagasan radikalnya tetapi juga karena strategi perjuangannya yang cerdas dan inovatif. Sebagai seorang intelektual, organisator, dan pemimpin, ia meninggalkan warisan yang kaya akan pelajaran berharga bagi generasi penerus, terutama bagi para aktivis sosial yang berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan.

Pendidikan sebagai Kunci Perubahan Sosial

Salah satu pilar utama dalam strategi Tan Malaka adalah pendidikan. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah kekuatan utama yang dapat membebaskan rakyat dari belenggu ketidaktahuan dan penindasan. Melalui pendidikan, masyarakat dapat meningkatkan kesadaran kritis mereka, memahami kondisi sosial-politik, dan memobilisasi diri untuk perubahan.

Pendidikan yang dimaksud oleh Tan Malaka bukanlah pendidikan formal yang bersifat top-down, melainkan pendidikan yang kritis dan partisipatif. Ia mendorong model pendidikan yang melibatkan rakyat dalam proses belajar-mengajar, di mana mereka tidak hanya menjadi penerima pasif informasi, tetapi juga berkontribusi aktif dalam pembelajaran. Metode ini memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang realitas sosial mereka dan menemukan cara-cara untuk mengubahnya.

Aktivis sosial kontemporer dapat mengadopsi pendekatan pendidikan Tan Malaka dengan mengintegrasikan program-program literasi politik dan sosial ke dalam gerakan mereka. Misalnya, mereka dapat mengadakan diskusi publik, workshop, dan seminar yang membahas isu-isu penting seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, dan demokrasi. Selain itu, penggunaan media digital dapat memperluas jangkauan pendidikan ini, memungkinkan lebih banyak orang untuk terlibat dan belajar.

Contoh nyata dari pendekatan ini dapat dilihat pada gerakan pendidikan alternatif di berbagai negara. Di Amerika Latin, misalnya, gerakan pendidikan populer yang dipimpin oleh Paulo Freire telah berhasil memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kritis. Dengan menekankan dialog dan refleksi, gerakan ini telah membantu banyak komunitas untuk memahami dan melawan penindasan yang mereka hadapi. Aktivis sosial di Indonesia dan di tempat lain dapat belajar dari pengalaman ini dan mengadaptasinya sesuai dengan konteks lokal mereka.

Persatuan dan Solidaritas Internasional

Tan Malaka adalah seorang pendukung kuat persatuan di antara berbagai kelompok sosial dan etnis, serta pentingnya solidaritas internasional. Ia memahami bahwa perjuangan melawan penindasan tidak dapat dilakukan secara terpisah, tetapi harus melibatkan kerjasama lintas batas dan lintas sektor.

Untuk mewujudkan persatuan dan solidaritas, Tan Malaka bekerja keras membangun jaringan dengan berbagai kelompok, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia menjalin hubungan dengan gerakan-gerakan revolusioner di Asia dan Eropa, serta berusaha untuk menghubungkan perjuangan rakyat Indonesia dengan perjuangan anti-kolonial di negara-negara lain.

Solidaritas internasional tetap relevan bagi aktivis sosial saat ini. Dalam era globalisasi, isu-isu seperti perubahan iklim, ketidakadilan ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia seringkali memiliki dampak lintas batas. Oleh karena itu, aktivis perlu membangun aliansi global untuk menghadapi tantangan ini. Organisasi-organisasi internasional, platform digital, dan kampanye global dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat solidaritas ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun