Di era digital yang semakin maju, cara masyarakat mengonsumsi informasi telah berubah secara dramatis. Dalam beberapa tahun terakhir, konten visual dan audio singkat dan padat, seperti video pendek berdurasi 5-10 detik, menjadi sangat populer. Generasi muda dan tua lebih memilih jenis konten ini dibandingkan membaca artikel panjang atau berita mendetail. Fenomena ini bukan hanya mempengaruhi pola konsumsi informasi, tetapi juga mempengaruhi bagaimana informasi disajikan dan disebarkan. Selebriti, politisi, selebgram, seniman dan para konten kreator semakin mengandalkan media singkat untuk mendapatkan visibilitas dan perhatian publik.
Transformasi dalam cara kita mengonsumsi informasi telah ditandai oleh dominasi konten singkat. Platform media sosial seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts menjadi sangat populer, dengan jutaan pengguna yang secara aktif mengonsumsi dan memproduksi konten singkat setiap harinya. Kecepatan dan kemudahan akses konten ini menarik perhatian banyak orang, memungkinkan mereka untuk mengonsumsi informasi secara cepat tanpa harus menginvestasikan banyak waktu. Namun, di balik kenyamanan ini, terdapat kekhawatiran mendalam tentang dampaknya terhadap literasi dan keterampilan manusia.
Penurunan Literasi
Salah satu dampak paling signifikan dari dominasi konten singkat adalah penurunan literasi. Literasi tidak hanya berarti kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menyusun argumen logis. Ketika kita terbiasa mengonsumsi informasi dalam bentuk potongan-potongan kecil, kita kehilangan kesempatan untuk melatih kemampuan ini.
Menurut sebuah penelitian oleh National Literacy Trust di Inggris, ada korelasi antara waktu yang dihabiskan di media sosial dengan menurunnya tingkat literasi di kalangan anak-anak dan remaja. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial cenderung memiliki kemampuan membaca yang lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih banyak membaca buku atau artikel panjang. Hal ini menunjukkan bahwa konten singkat tidak dapat menggantikan manfaat dari membaca teks yang lebih panjang dan mendalam.
Dampak pada Kemampuan Membaca dan Menulis
Konten singkat juga berdampak negatif pada kemampuan membaca dan menulis. Membaca artikel panjang atau buku memerlukan perhatian dan pemahaman yang mendalam, kemampuan yang terancam punah jika kita terus-menerus disuguhi konten serba cepat. Penurunan literasi ini tidak hanya berarti penurunan kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis.
Selain itu, kehilangan kebiasaan membaca dan menulis yang baik dapat berdampak pada hilangnya keterampilan dasar manusia. Menulis esai, laporan, atau bahkan surat pribadi memerlukan pemikiran yang terstruktur dan kemampuan untuk mengekspresikan ide secara jelas dan koheren. Jika generasi muda terus-menerus bergantung pada konten singkat dan tidak terlatih dalam menulis panjang, kemampuan ini bisa saja menghilang.
Penelitian oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis di banyak negara telah menurun dalam dekade terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya penggunaan media digital dan berkurangnya waktu yang dihabiskan untuk membaca teks yang lebih panjang. Anak-anak yang tumbuh dengan akses mudah ke konten singkat cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dan kesulitan dalam memahami teks yang lebih kompleks.
Hilangnya Keterampilan Dasar Manusia