Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergulatan Hati di Tepi Pantai

15 Mei 2024   20:11 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:29 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi Pribadi)

Dia menulis dengan cepat, tanpa berpikir terlalu banyak. Dia menulis tentang cinta, kehilangan, dan kehidupan. Dia menulis tentang segala sesuatu yang dia rasakan dalam hatinya pada saat itu. Setelah selesai menulis, dia merasa sedikit lega.

Kira memutuskan untuk tidur, berharap bahwa esok hari akan membawa semangat baru baginya. Namun, dia tidak tahu bahwa esok hari akan menjadi awal dari perjalanan yang tak terduga dalam hidupnya.

Keesokan paginya, Kira bangun dengan perasaan aneh di hatinya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang akan terjadi, sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Dia mencoba mengabaikan perasaan itu dan fokus pada pekerjaannya.

Namun, tak lama kemudian, dia menerima telepon yang mengubah segalanya. Telepon dari rumah sakit memberitahunya bahwa ibunya telah meninggal dunia karena serangan jantung tiba-tiba. Kira terdiam, tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Dia segera pergi ke rumah sakit, namun sudah terlambat. Ibunya telah pergi untuk selamanya, meninggalkan Kira dalam kesedihan yang mendalam dan kekosongan yang tak terkatakan.

Kira merenung tentang hidup dan kematian, tentang cinta dan kehilangan. Dia merenung tentang semua yang pernah dia miliki dan yang telah hilang. Namun, di tengah-tengah kesedihannya, dia juga merasa ada sesuatu yang baru tumbuh di dalam dirinya.

Dia kembali ke tepi pantai, tempat dia selalu menemukan ketenangan dan inspirasi. Dia duduk di atas batu besar yang biasa dia duduki, membiarkan ombak menyapu kakinya dengan lembut. Dia memejamkan mata, mencoba merasakan kehadiran ibunya di sekitarnya.

Kira merasa sedikit lega. Dia tahu bahwa ibunya akan selalu bersamanya, meskipun tidak lagi ada secara fisik. Dia juga tahu bahwa hidup harus terus berlanjut, meskipun penuh dengan kesedihan dan kekosongan.

Dia membuka matanya dan melihat langit yang mulai berubah warna menjadi senja. Dia tersenyum, merasa bahwa dia telah menemukan kembali dirinya sendiri. Dia mengambil selembar kertas dan pensil, dan mulai menulis dengan penuh semangat.

Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan liku-liku. Kadang-kadang kita harus merasakan kesedihan untuk bisa menghargai kebahagiaan. Kita harus kehilangan sesuatu untuk bisa mendapatkan sesuatu yang baru.

Kira tahu bahwa dia harus terus menulis, karena tulisannya adalah cerminan dari dirinya sendiri. Dia tahu bahwa setiap kata yang dia tulis adalah langkah kecil menuju pemulihan dan kebahagiaan. Dan di ujung perjalanan itu, dia tahu bahwa dia akan menemukan kedamaian yang selalu dia cari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun