Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Menguak Misteri Kecantikan, Pandangan Kritis terhadap Industri Kecantikan

13 April 2024   05:27 Diperbarui: 14 April 2024   17:15 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produk kecantikan. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Industri kecantikan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari krim anti-penuaan hingga lipstik merah menyala, produk-produk ini tidak hanya menjanjikan penampilan yang lebih baik tetapi juga menjadi simbol status dan kepercayaan diri. Namun, di balik kilauannya, industri kecantikan juga menuai kritik tajam.

Salah satu kritik utama terhadap industri kecantikan adalah standar kecantikan yang tidak realistis. Melalui iklan, media sosial, dan industri mode, kita sering diberitahu bahwa kecantikan diukur dari seberapa putih, kurus, atau muda seseorang terlihat. 

Hal ini tidak hanya memberikan tekanan psikologis yang besar pada individu untuk mencapai standar yang tidak realistis, tetapi juga menciptakan budaya yang meremehkan keberagaman dan keunikan setiap individu.

Selain itu, ada pula isu etika yang muncul dalam industri kecantikan. Pengujian produk kecantikan pada hewan masih menjadi praktik umum dalam industri ini, meskipun telah ada alternatif pengujian yang lebih etis. 

Ada juga isu seputar bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecantikan, seperti kemungkinan penggunaan bahan berbahaya atau tidak ramah lingkungan.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa industri kecantikan juga telah melakukan langkah-langkah positif. Semakin banyak merek yang mulai memperjuangkan representasi yang lebih inklusif, dengan menggunakan model-model dengan berbagai warna kulit, bentuk tubuh, dan usia. 

Selain itu, ada juga tren keberlanjutan yang mulai diperhatikan oleh industri ini, dengan lebih banyak merek yang beralih ke bahan-bahan alami dan ramah lingkungan.

Untuk mengatasi beberapa kritik yang dihadapi, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, industri kecantikan dapat lebih berfokus pada promosi kecantikan yang sehat dan alami, daripada standar kecantikan yang tidak realistis. 

Kedua, lebih banyak investasi dapat dilakukan dalam pengembangan alternatif pengujian yang tidak melibatkan hewan. Ketiga, langkah-langkah keberlanjutan harus diperkuat, dengan mendorong penggunaan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan.

Industri kecantikan memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, ia menjanjikan penampilan yang lebih baik dan meningkatkan rasa percaya diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun