Mohon tunggu...
Agoeng Widodo
Agoeng Widodo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang sedang belajar, dan sangat memimpikan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Peran Serta Masyarakat dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

17 November 2014   18:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) memang memegang peranan yang sangat vital dalam perekonomian. Ketidakstabilan sistem keuangan mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak menguntungkan, seperti : transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal, fungsi intermediasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan, serta sangat tingginya biaya penyelamatan sistem keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik.

Untuk itu, upaya untuk menghindari atau mengurangi resiko kemungkinan terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan sangat diperlukan. Lantas apa yang bisa masyarakat lakukan? Bukankah menjaga sistem keuangan agar tetap stabil itu merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia?

[caption id="attachment_336015" align="aligncenter" width="448" caption="Salah satu tugas BI adalah mengatur & menjaga kelancaran pembayaran (dok. pribadi)"][/caption]

Sebagai masyarakat, tanpa kita sadari sebenarnya kita juga berkaitan langsung dalam Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), misalnya dengan memiliki kartu kredit, Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit kendaraan bermotor dan sebagainya. Ingat, semua catatan hutang maupun cicilan kita tersebut langsung terintegrasi dengan BI. Dan salah satu tugas BI adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Lantas apa hubungannya dengan SSK?

Jika kita memiliki kartu kredit (atau bahkan lebih dari 1 bank penerbit), memiliki KPR, kredit mobil, motor, bagaimana pembayaran kita? Lancarkah? Atau macet? Mengingat besaran suku bunga pinjaman kian hari kian melambung. Terlebih suku bunga KPR yang melambung hingga mencapai level 13% (dan konon merupakan yang tertinggi se Asia Tenggara). Tingginya suku bunga KPR ini memicu tingginya angka kredit macet atau non performing loan (NPL) hingga menciptakan apa yang dinamakan gagal bayar (failure to settle).

Jika hal tersebut terjadi, maka akan timbul resiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Terlebih jika kegagalan tersebut menimbulkan resiko menular (contagion risk) hingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bisa dipastikan maka sistem keuangan kita tidak stabil serta perlu biaya yang tinggi untuk menyelamatkannya.

[caption id="attachment_336011" align="aligncenter" width="448" caption="Bijak menggunakan Kartu Kredit agar SSK aman (dok. pribadi)"]

1416198311611363009
1416198311611363009
[/caption]

Sebagai masyarakat, kita harus pro aktif dalam membantu agar SSK Negara kita aman. Bijak dalam menggunakan kartu kredit misalnya. Dewasa ini kartu kredit memang sudah menjadi gaya hidup manusia modern, karena kartu kredit merupakan cara pembayaran termudah. Tak aneh jika akhirnya masyarakat berlomba-lomba membuat kartu kredit. Bahkan ada yang diterbitkan lebih dari 1 bank. Suku bunganya juga cukup menjanjikan yakni sekitar 2,95% per bulan atau setara dengan 35,40% per tahun. Namun tahu kah anda bahwa kartu kredit tersebut mengandung suku bunga majemuk yang dikenakan setiap hari atau setiap bulannya?

[caption id="attachment_336019" align="aligncenter" width="448" caption="Pembayaran dengan Kartu debit dan tunai menunjukkan SSK aman (dok. pribadi)"]

14161990011667837227
14161990011667837227
[/caption]

Untuk menghindari suku bunga kartu kredit, segera lakukan pelunasan pembayaran sebelum jatuh tempo! Gunakan kartu kredit hanya jika benar-benar diperlukan saja. Jika tidak lakukan pembayaran pembelian (belanja) anda dengan cash (tunai) ataupun dengan kartu debit. Bagi saya, kartu kredit bukan alat untuk hutang, tetapi merupakan alat penunda pembayaran. Misalnya seperti ini : Tutup buku untuk kartu kredit saya jatuh pada tanggal 15 setiap bulannya. Nah diatas tanggal 15 (bisa tanggal 16, 17 November dst) kita bisa berbelanja misalnya membeli tv seharga Rp. 2.500.000,-.Tanggal 15 Desember akan muncul lembar tagihan (ebilling) sebesar Rp. 2.500.000- tersebut. Dan jatuh tempo pembayaran akan jatuh pada tanggal 01 Januari 2015. Jika saya berbelanja tanggal 18 November 2014 dan baru dibayar tanggal 01 Januari 2015, berarti hanya menunda pembayaran bukan? Dan perlu diingat, sebelum berbelanja sebesar Rp. 2.500.000,- pastikan kita juga harus memiliki rekening minimal sejumlah tersebut. Jadi pada saat jatuh tempo pembayaran kita tidak pusing dibuatnya. Jika terpaksa menggunakan kartu kredit untung berhutang, pilihlah merchant-merchant yang menawarkan cicilan dengan bunga 0%.

Lantas bagaimana dengan yang memiliki Kredit Kepemilikan Rumah? Alangkah baiknya jika kita memilih bank yang menawarkan suku bunga tetap (fixed). Hati-hati dalam memilih bank penyedia KPR, kebanyakan menerapkan suku bunga tetap (flat) hanya pada 1 sampai 2 tahun pertama saja. Selebihnya akan berlaku suku bunga mengambang. Memang ada untung ruginya jika kita memilih suku bunga flat ini. Namun setidaknya dengan suku bunga tetap, kita bisa mengkalkulasikan besaran pembayaran dengan penghasilan kita. Hal ini berbeda dengan jika kita memilih bank yang menerapkan suku bunga mengambang (floating) dimana bunga kredit dapat berubah setiap saat selama jangka waktu kredit. Bunga mengambang ini ditetapkan mengikuti kondisi pasar bunga(bisa naik bisa turun).

Jika pembayaran kartu kredit lancar, KPR juga lancar berarti Stabilitas Sistem Keuangan kita aman. Jika semua masyarakat melakukan yang sama terhadap sistem keuangan mereka, maka SSK Negara kita akan aman juga bukan? Jadi siapa bilang SSK negara ini tidak butuh peran aktif dari seluruh masyarakat Indonesia?

Ayo turut berpartisipasi dalam Stabilitas Sistem Keuangan dengan menstabilkan keuangan kita masing-masing!


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun