Rasa cinta adalah rasa terindah yang mampu membutakan kita. Rasa cinta juga mampu membuat kita mengerti akan arti kehidupan, serta mengerti bagaimana bertanggung jawab dan membahagiakan orang yang kita cintai. Terdorong oleh rasa cinta yang amat kuat terkadang membuat orang tua mampu melakukan apapun demi buah hatinya. Pun demikian dengan KGPAA Mangkunegara VII yang tak lain merupakan pemegang tampuk pemerintahan Mangkunegaran (Surakarta) dari tahun 1916 – 1944.  Demi rasa cinta kepada kedua putrinya GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta pada tanggal 26 Oktober 1921 beliau membangun Partini Tuin dan Partinah Bosch atau yang terkenal dengan sebutan Taman Balekambang.
Taman Balekambang Dok. pribadi)
Taman Balekambang merupakan public area berupa hutan kota yang buka setiap hari dari jam 07.00 s/d 18.00 Wib. Lokasinya tak jauh dari Stadion Manahan atau tepatnya berada di Jalan Ahmad Yani Surakarta. Untuk sampai ke taman ini kita bisa naik becak dari terminal bus Tirtonadi atau dengan kendaraan pribadi. Sebelum memasuki taman yang usai direvitalisasi pada tahun 2008 ini, kita akan melewati pintu masuk berupa sebuah gapura yang tinggi dan besar dengan hiasan ukiran kayu tembus yang indah. Selain biaya parkir, tidak ada retribusi atau pungutan lain yang harus kita keluarkan untuk menikmati keindahan taman ini. Sebuah papan berisikan sejarah singkat tentang tempat ini juga ada tak jauh dari gapura masuk.
Hawa sejuk akibat rindangnya pepohonan begitu terasa saat kita memasuki taman ini. Sesuai nama awalnya, taman Balekambang terbagi menjadi 2 area yakni Partini Tuin yang berarti taman air Partini dan Partinah Bosch yang berarti hutan kota Partinah. Partini Tuin atau taman air Partini merupakan sebuah kolam resapan dan penampungan air yang berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dalam kota. Sedikitnya ada 2 buah bale di belakang kolam ini yakni Bale Apung dan Bale Tirtayasa yang dilengkapi dengan kolam renang di depannya. Dulunya kedua bale tersebut dipakai untuk tempat berteduh dan beristirahat keluarga Istana Mangkunegaran. Di tengah kolam yang luas ini terdapat sebuah patung perempuan yang tengah berdiri bertuliskan Partini Tuin. Pengunjung bisa mengajak seluruh anggota keluarga untuk memancing atau berkeliling danau dengan menaiki sepeda air ataupun perahu naga. Hilir mudik angsa putih akan menjadi pemandangan menarik disini.
Partinah Bosch atau hutan kota Partinah memiliki areal yang luas. Tak beda dengan hutan pada umumnya, hutan kota Partinah juga memiliki beragam koleksi pohon seperti  pohon kenari, trembesi atau munggur, beringin sungsang, mojo, beringin putih dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa diantaranya masuk kedalam kategori tanaman langka. Pengunjung bisa menikmati hutan kota yang luas dan teduh ini dengan berjalan kaki mengelilingi areal wisata ini. Bagi yang enggan berjalan kaki bisa berkeliling dengan kendaraan ATB atau mobil genjot yang banyak disewakan disini. Fungsi dari hutan kota Partinah adalah sebagai paru-paru kota yang menyerap udara kotor kemudian diganti dengan udara yang lebih baik dan segar. Berjalan mengelilingi hutan kota Partinah sembari menikmati semilir angin kota Solo yang sejuk akan membuat pengujung sejenak mampu melupakan rutinitas dan fikiran kembali fresh. Hutan kota ini juga dilengkapi dengan bangku-bangku dan meja ala tempo dulu. Di bagian tengah hutan juga terdapat sebuah patung perempuan duduk di tengah kolam kecil dengan air mancurnya yang bertuliskan Partinah Bosch. Tak jauh dari patung Partinah terdapat tulisan Taman Balekambang yang berwarna merah menyala. Di hutan kota ini juga banyak koleksi fauna seperti kalkun, monyet ekor panjang dan rusa yang sudah jinak dengan pengunjung.
Selain hutan kota dan taman air, Taman Balekambang juga dilengkapi dengan Gedung Kesenian. Pada masa lalu di Taman Balekambang ini pula lah nama Srimulat pernah menemui masa keemasannya hingga melahirkan nama-nama seperti Gepeng, atau Jujuk misalnya. Setelah Srimulat, Taman Balekambang juga sempat mencuatkan kesenian lain yakni Ketoprak Tobong. Sayangnya dewasa ini kesenian rakyat ini seolah tengah mati suri, hingga hanya sesekali saja dipentaskan pada malam hari.