Mohon tunggu...
Gerry Maulana
Gerry Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang mahasiswa program studi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Diponegoro, Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setelah Sinabung dan Kelud, Siapa Selanjutnya?

16 Februari 2014   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_177" align="aligncenter" width="300" caption="Kubah lava Gunung Kelud sebelum meletus. (sumber foto: tribunnews.com)"][/caption] Lagi dan lagi. Indonesia berduka lagi. Belum surut kesedihan masyarakat Kabupaten Karo dan sekitar akibat marahnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara sana, bencana gunung meletus kembali terjadi. Kali ini berita datang dari timur Pulau Jawa. Ialah Gunung Kelud yang tak mampu lagi menahan panasnya perut bumi di saat orang-orang hendak tidur, Kamis malam (13/02/2014). Kelud seakan latah. Abu vulkanik gunung yang konon terdapat dalam kitab Negarakertagama itu bahkan sampai ke daerah Jawa Barat. Hal itu menambah rentetan bencana alam di Indonesia pada awal tahun 2014 ini. Mulai dari banjir bandang di Sulawesi Utara, banjir di Ibukota Jakarta dan hingga , bencana tanah longsor yang menimpa sejumlah wilayah lainnya di Indonesia. Menjadi suatu yang lumrah kalau tetes air mata tak mampu dibendung bagi mereka yang tertimpa musibah. Begitu pula dengan jatuhnya korban jiwa, korban luka, bahkan banyaknya kerugian materi maupun immateri. Itu bukan hal yang aneh dalam suatu bencana. Negeri Cincin Api Panaroma alam dan perairan sebuah negeri yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Rote ini sudah terkenal hingga ke penjuru dunia. Berlimpah ruahnya kekayaan, jangan ditanya lagi. Namun di balik semua itu, potensi bencana yang tersimpan di Indonesia juga sangat besar. Jadi jangan heran kalau Indonesia kerap dirundung bencana alam. Selain akibat manusianya sendiri, bencana alam yang kerap menimpa Indonesia juga disebabkan dengan letak Indonesia. Berada di lingkaran jalur gempa paling aktif di dunia, atau yang sering kita sebut Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), diperlukan kewaspadaan dan kepedulian bersama untuk menghadapi, mempersiapkan hingga menanggulangi bencana di Tanah Air. Benar, masyarakat harus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi setiap potensi bencana yang ada di wilayahnya. Terdiri dari ribuan pulau, terdapat tiga lempeng benua di wilayah Nusantara. Mereka adalah Indo-Australia di sebelah selatan, Eurasia di sebelah utara, dan lempeng Pasifik di timur. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia sangat rawan dengan bencana gunung meletus, gempa, dan tsunami. Indonesia yang juga berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Berbicara tentang bencana gunung meletus di Indonesia, berkali-kali letusan gunung api merenggut kehidupan di Nusantara.Letusan-letusan gunung api di Indonesia, menyuburkan tanah Ibu Pertiwi akibat debunya. Jalur Cincin Api memiliki arti bahwa Indonesia mempunyai potensi energi tenaga panas bumi yang berlimpah ruah, kekayaan jenis dan sebaran mineral yang terendapkan, serta kekayaan hayati yang khas. Tuhan selalu punya rencana. Di balik kehancuran yang diakibatkannya, gunung api menyimpan berkah yang menghidupi. Tengok saja Gunung Galunggung, gunung yang paling dekat dengan kampung halamanku itu punya hasil tambang berupa pasir yang luar biasa banyaknya. Pasir bekas muntahan perut bumi itu sudah pergi ke berbagai penjuru Pulau Jawa karena dinilai sangat berkualitas untuk bahan material. Bahkan jalan tol yang mampu mempersingkat jarak tempuh Bandung-Jakarta (Cipularang) juga menggunakan pasir Galunggung. Pasca meletusnya Galunggung di tahun 1982, sampai saat ini usaha pengerukan pasir Galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan dinilai sudah mulai dieksploitasi secara belebihan. Mengenai dampak letusan Galunggung , bukan hanya soal kekayaan tambang pasirnya yang kaya, Galunggung jadi tempat wisata alam andalan utamamasyarakat Tasikmalaya. Tak lupa, pertanian dan perikanan di Galunggung pun tak mau kalah. Siapa selanjutnya? Wilayah Nusantara memang berada di atas tanah yang paling bergolak. Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Sejauh ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa 19 gunung api di sejumlah penjuru di Tanah Air tengah menggeliat dan berstatus waspada. Dikutip dari antaranews.com awal Februari kemarin, Kepala Pusat Data Humas dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pada saat ini dari sekitar 127 gunung api aktif di Indonesia, ada satu gunung berstatus Awas (level IV) yaitu Gunung Sinabung sejak 24 April 2013. Selain itu, ada tiga gunung berstatus Siaga (level III) yaitu Karangetang, Lokon dan Rokatenda. Kemudian, ada 19 gunung status Waspada (level II) yaitu Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci. Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan bahwa gunung api bersifat slow in set. Maksudnya, gunung tak akan tiba-tiba meletus. Setiap status gunung api punya tahapan yaitu dari normal menjadi waspada, siaga, hingga awas sesuai ancamannya. Setiap tahapan pasti ada tanda-tandanya. Kini, masih terhitung banyak gunung api yang berstatus Waspada. Bukan tak mungkin gunung-gunung yang tak disebutkan di atas tadi akan menambah daftar gunung api yang aktif menuju status yang lebih tinggi. Bukan tak mungkin juga, daftar gunung-gunung itu akan menyusul Sinabung dan Kelud yang telah memuntahkan isinya. Sekali lagi, butuh kerja sama semua pihak untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk. Kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk menghadapi setiap potensi bencana. Selain kegiatan preventif, pemerintah juga harus segera menyempurnakan peralatan dan prasarana lain yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Termasuk kebutuhan untuk memperlancar program tanggap darurat. Di daftar gunung yang berstatus di atas, Kelud sudah berubah status dan meletus satu jam setelah statusnya berubah menjadi awas, Kamis (13/2). Setelah Sinabung dan Kelud menunjukan geliat dan letusannya, siapa selanjutnya? Entahlah. Manusia hanya bisa menebak, memprediksi dan berusaha untuk mengetahui, sesungguhnya Tuhan lah yang tahu rahasia ini. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun