Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kali Ini Saatnya Mencoba LRT dan MRT Menuju Lebak Bulus

15 September 2023   10:14 Diperbarui: 15 September 2023   10:29 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun TMII (foto: dokpri)

Saya mendapat undangan dari seorang teman yang tinggal di daerah Lebak Bulus untuk sebuah acara setelah jam pulang kantor. Saya melihat bahwa rumah teman saya itu tidak jauh dari stasiun MRT Lebak Bulus. Nah berhubung LRT belum lama ini diresmikan, saya ingin mencoba pergi ke sana menggunakan LRT dari TMII menuju Dukuh Atas, lalu pindah naik MRT ke arah Lebak Bulus. Saya ingin tahu apakah melakukan perjalanan seperti ini lebih nyaman dibandingkan jika mengendarai taksi atau mobil sendiri.

Sebenarnya jika saya menggunakan moda transportasi ini maka waktu yang harus saya habiskan di perjalanan akan lebih lama  dibandingkan jika saya naik taksi atau mengendarai mobil sendiri. Tapi saya tidak ingin menghabiskan waktu dalam kemacetan di jalan tol Simatupang karena jam-jam menjelang pulang kantor biasanya lalu lintas ke arah Lebak Bulus lumayan padat. Jadi daripada saya stres di jalan, lebih baik saya menghabiskan waktu lebih lama di kereta tanpa kemacetan dan stres.

Saya berangkat dari stasiun TMII menuju Dukuh Atas. Dari kereta saya bisa melihat kawasan padat penduduk, gedung-gedung tinggi, jalan tol dan kawasan hijau. Saya merasa seolah sedang melakukan perjalanan di luar negeri. Pemandangan yang cukup menarik. Sebelum memasuki stasiun Cawang, kecepatan kereta melambat. Saya pikir kereta sedang melewati rel yang melengkung ... ternyata tidak. Saya penasaran sekali bagaimana rasanya saat melewati trek kereta yang melengkung dimana beberapa waktu yang lalu sempat menjadi topik hangat. Ah ternyata tidak terasa kalau kereta melewati trek yang melengkung. Kereta memang melambat dan menurut saya wajar-wajar saja karena demi keselamatan, apalagi kereta ini tidak dikendalikan oleh masinis. Mendekati kawasan Dukuh Atas, selain gedung-gedung tinggi kita juga dapat melihat kawasan hijau (taman) dan juga danau. Taman dan danau ini terlihat lumayan indah dari atas. 

Saya pun turun di pemberhentian terakhir yaitu Dukuh Atas. Saya mencari 'sign post' yang menunjukkan arah MRT. Rupanya penumpang harus 'tap' kartu untuk keluar stasiun LRT, lalu  berjalan melewati 'food court'. Lumayan banyak gerai yang ada di sana dengan berbagai makanan yang ditawarkan. Pemandangan yang ditawarkan juga lumayan bagus. Kita bisa melihat danau dengan latar belakang gedung pencakar langit dan juga stasiun LRT. Sebenarnya jalan yang harus ditempuh cukup jauh tetapi karena kita tidak harus berjalan di bawah terik matahari jadi tidak terasa kalau harus berjalan jauh. Selain itu jika kita menggunakan 'subway' di luar negeri, kita pun harus berjalan lumayan jauh untuk berpindah kereta atau keluar dari stasiun. Jadi ... tidak perlu dikeluhkan. Berjalan juga kan baik untuk kesehatan. Dari area 'food court'  saya harus berjalan turun dulu dan di situ terdapat stasiun KRL. Di sini saya harus 'tap' kartu dulu lalu berjalan di sepanjang platform KRL. Dari sana saya masih harus berjalan lagi sampai akhirnya menemukan stasiun MRT Dukuh Atas. 

Pemandangan dari Food Court Dukuh Atas (foto: dokpri)
Pemandangan dari Food Court Dukuh Atas (foto: dokpri)

Stasiun LRT
Stasiun LRT

Setelah 'tap' kartu, saya pun menunggu MRT tiba. Tidak harus menunggu lama akhirnya kereta pun tiba. Gerbong masih relatif sepi dan masih banyak tersedia tempat duduk. Kereta MRT ini memang ukurannya lebih besar dari LRT. Saya memutuskan untuk turun di stasiun Fatmawati karena lebih sepi. Dari sana saya naik taksi ke kantor teman karena kami berjanji untuk berangkat ke rumah teman saya bersama-sama.

Waktu yang harus saya habiskan memang lebih lama dan rute yang saya ambil menjadi lebih jauh, namun, saya memang sudah berniat untuk melakukan hal ini. Selain karena penasaran dengan sejauh mana moda transportasi umum ini terintegrasi, saya juga ingin tahu apakah mengambil rute seperti ini lebih nyaman dibandingkan jika harus mengendarai mobil atau taksi. Apakah saya akan naik LRT yang disambung dengan MRT jika akan ke arah Lebak bulus? Mungkin iya, jika saya tidak terburu-buru. Namun jika saya harus menuju bundaran HI dan daerah di sekitarnya, saya sudah pasti akan memilih naik LRT dan meneruskan dengan MRT daripada naik bus transjakarta, taksi atau kendaraan sendiri.

Semoga sistem transportasi publik di Jakarta semakin baik dan nyaman, sehingga makin banyak orang akan memilih moda transportasi publik ini. Mudah-mudahan hal ini dapat mengurangi kemacetan di kawasan Jakarta dan sekitarnya dan juga mengurangi polusi yang semakin buruk. Saya juga berharap kebersihan di dalam kereta dan stasiun juga terjaga dan penumpang yang menaiki moda transportasi ini dapat menaati peraturan di dalam kereta seperti tidak makan atau minum di dalam gerbong, karena saya melihat masih ada orang-orang yang mengabaikan aturan tersebut.

gmt 15/09/23

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun