Tahukah Anda pertanyaan atau komentar apa yang sering diajukan kepada guru yang mengajar di sekolah internasional? Biasanya komentar yang sering dilintarkan adalah "wah gajinya besar ya" atau "wah bahasa Inggrisnya pasti hebat". Lalu pertanyaan yang sering ditanyakan adalah "dibayar dalam dolar ya?". Â Pertanyaan dan komentar seperti ini sering sekali ditujukan pada saya ketika sedang berbasa basi dengan lawan bicara saat berbicara tentang pekerjaan.
Mengajar di sekolah internasional mungkin menjadi keinginan banyak guru karena mereka beranggapan gaji yang ditawarkan lumayan tinggi. Namun di balik gaji yang lumayan tinggi tersebut tentu saja tuntutan yang diminta sekolah juga tinggi. Jadi apa saja yang perlu diperhatikan ketika akan menjadi pengajar di sekolah internasional?
Berdasarkan pengalaman saya selama 23 tahun mengajar di sebuah sekolah internasional, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan ketika kita ingin menjadi tenaga pengajar di sekolah internasional. Pertama-tama tentu saja kemampuan berbahasa Inggris.Â
Menguasai bahasa Inggris secara aktif penting karena bahasa pengantar yang digunakan pada umumnya adalah bahasa Inggris.  Ketika rapat guru, melakukan presentasi, workshop, berkomunikasi dengan guru lain,  kepala sekolah, murid-murid, dan orang tua murid baik secara lisan maupun tulisan kebanyakan dilakukan dalam bahasa Inggris. Komentar di dalam raport seperti penjelasan tentang kemajuan atau kekurangan murid  dan apa yang harus dilakukannya di masa mendatang, semua ini harus disampaikan dalam bahasa Inggris. Jadi kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu syarat utama.
Syarat lain yang harus diperhatikan adalah pendidikan. Paling tidak ijazah Sarjana (S1) harus kita miliki dan pendidikan tersebut harus sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajar nantinya. Banyak sekolah internasional yang mensyaratkan hal tersebut. Jadi jika kita akan mengajar bahasa Indonesia maka kita harus memiliki ijazah S1 dalam bahasa Indonesia. Skala gaji akan disesuaikan dengan pendidikan dan pengalaman yang kita miliki.
Kita juga harus memperlajari dengan seksama seperti apa sekolah yang akan kita tuju. Cari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang sekolah tersebut agar kelak pada saat wawancara kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pelajari kurikulum apa yang digunakan, apakah sekolah tersebut menerapkan kurikulun IB (International Baccalaureate), AP (Advanced Placement Program), IGCAC (International General Certificate of Secondary Education), dll. Â Mengetahui dan mempelajari kurikulum internasional sangat penting karena nantinya dalam mengajar kita harus mengikuti kurikulum yang digunakan sekolah tersebut.
Sebagai guru kita juga harus kreatif. Di sekolah tempat saya mengajar dulu, anak-anak Indonesia diharuskan untuk mengambil pelajaran bahasa Indonesia dan juga Pendidikan Pancasila (dulu PPKn). Kebanyakan anak-anak Indonesia yang bersekolah di sekolah internasional tidak bisa berbahasa Indonesia secara formal. Mereka bisa berbahasa Indonesia tetapi lebih pada bahasa Indonesia percakapan atau bahasa gaul. Hal ini karena sejak kecil mereka sudah terbiasa berbahasa Inggris di rumah dan sekolah, sementara bahasa Indonesia hanya digunakan jika berkomunikasi dengan pembantu atau sopir.Â
Nah jika mereka harus belajar bahasa Indonesia formal dengan 'level' yang sama dengan anak-anak di sekolah lokal sudah dapat dipastikan tidak akan bisa. Untuk itu guru harus bisa kreatif, bagaimana membuat pelajaran menjadi menyenangkan untuk mereka dan juga mudah dipahami. Guru harus mampu menciptakan materi dengan topik yang sama tetapi yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.Â
Hal lain yang berkaitan dengan kreativitas adalah kemampuan untuk membaca situasi kelas. Guru harus siap untuk menyiapkan 'plan B' atau bahkan 'plan C'. Jika saat mengajar murid-murid terlihat tidak antusias atau tidak mengerti apa yang diajarkan, guru harus segera bisa mengubah cara atau materi ajarnya.Â
Ketika saya harus menghadapi murid-murid expat yang wajib mengambil Indonesian Studies, banyak murid yang sebenarnya terpaksa mengambil mata pelajaran ini karena ini adalah pelajaran wajib dan syarat kelulusan, nah ketika kita melihat mereka tidak antusias dengan topik yang kita berikan, kita harus bisa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan memberikan materi yang menarik untuk mereka.Â
Contohnya pada hari A guru akan mengajar kosa kata bahasa Indonesia melalui bacaan, jika murid-murid terlihat tidak antusias, segera cari strategi lain misalnya dengan memberikan permainan kosa kata seperti Kahoot, memberikan teka teki silang, atau meminta mereka menuliskan kalimat dengan menggunakan kosa kata yang dipelajari di papan tulis, atau permainan yang lain.Â