oleh Yuda Ariwinata,S.Pd
Pembelajaran sejarah, khususnya tentang peristiwa bersejarah seperti proklamasi kemerdekaan Indonesia, memiliki potensi besar untuk membangun pemahaman mendalam tentang identitas nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Namun, bagaimana kita memastikan bahwa pembelajaran tersebut tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan pemahaman yang dalam dan kemampuan kritis siswa? Jawabannya adalah melalui asesmen formatif yang berkelanjutan dan reflektif.
Capaian pembelajaran yang diharapkan, seperti kemampuan merekonstruksi proklamasi kemerdekaan Indonesia, menuntut lebih dari sekadar mengingat fakta-fakta historis. Siswa harus mampu menganalisis konteks sosial, politik, dan budaya pada saat itu, serta memahami implikasi jangka panjang dari peristiwa tersebut terhadap bangsa dan negara.Â
Dalam konteks pembelajaran yang telah dilaksanakan, asesmen formatif dapat menjadi alat yang kuat untuk menggali pemahaman siswa dan memberikan ruang bagi mereka untuk memberikan umpan balik atas proses pembelajaran.
Asesmen formatif memungkinkan guru untuk melihat lebih dari sekadar hasil akhir siswa. Dengan menerapkan berbagai teknik, seperti penugasan proyek, diskusi kelompok, atau presentasi individu, guru dapat mengamati proses berpikir siswa dan memahami bagaimana mereka mengonstruksi pengetahuan mereka tentang proklamasi kemerdekaan. Misalnya, melalui diskusi kelompok, guru dapat melihat bagaimana siswa berinteraksi satu sama lain, bertukar ide, dan memperluas pemahaman mereka melalui kolaborasi.
Selain itu, asesmen formatif memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran mereka. Dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk merefleksikan pemahaman mereka, menyusun argumen, atau mempresentasikan temuan mereka kepada teman sekelas, siswa dapat mengartikulasikan pemikiran mereka dengan lebih jelas dan mendalam. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi berharga bagi pembelajaran kolektif.
Selanjutnya, asesmen formatif memberikan ruang bagi umpan balik yang berkelanjutan dan relevan bagi siswa. Dengan memberikan komentar yang spesifik dan konstruktif, guru dapat membantu siswa untuk memahami kekuatan dan kelemahan dalam pemahaman dan argumen mereka. Dengan demikian, siswa dapat mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka secara bertahap.
Dalam konteks pembelajaran sejarah, di mana tujuan akhirnya bukan hanya untuk mengingat tanggal-tanggal penting, tetapi untuk memahami kompleksitas masa lalu dan relevansinya dengan masa kini, asesmen formatif menjadi kunci. Melalui pendekatan yang berpusat pada siswa, asesmen formatif memungkinkan guru untuk membimbing siswa dalam proses konstruksi pengetahuan mereka sendiri, sementara juga memberikan ruang bagi siswa untuk berefleksi, berkolaborasi, dan berkembang secara pribadi dan akademis. Dengan demikian, asesmen formatif bukan hanya tentang memberi nilai, tetapi lebih tentang memperkaya dan memperdalam pengalaman pembelajaran siswa secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H