"Temanmu nggak jadi datang?" tanyaku.
"Ehm!" jawabnya sambil celingukan ke arah pintu. "Ah, itu dia!" serunya sambil melambai-lambaikan tangan ke arah pintu. Karena ia duduk di hadapanku, aku agak kesulitan melihat ke arah pintu.
Dalam bayanganku, teman Kevin pastilah seorang gadis yang cantik dengan kulit putih mulus dan rambut panjang ikal tergerai, memakai gaun, sepatu hak tinggi, dan membawa tas kecil. Seingatku, Kevin punya segudang teman perempuan yang cantik-cantik. Setahuku, tipe perempuan seperti itulah yang disukai oleh Kevin. Tidak seperti diriku yang tomboi, rambut pendek, dan jarang berdandan.Â
"Nah, nah... kenalkan ini temanku," kata Kevin dengan sangat antusias.
Yang berdiri di hadapanku bukanlah wanita cantik bagai model iklan kosmetik. Tapi.... cowok ganteng dengan lengan berotot dan tubuh tegap. Tipe cowok gym, yang sering fitnes. Kuingat-ingat, rasanya aku pernah beberapa kali melihat foto cowok ini di media sosialnya Kevin.
"Kenalkan, ini Roby," kata Kevin. Ia menyuruh temannya mengulurkan tangan padaku.
Aku menyambut uluran tangan cowok itu.
"Shania," kataku.
Kevin menatap cowok ganteng itu. Tatapan yang terasa janggal bagiku. Deg! Apakah ini ..... Tapi, masa iya?
"Ehm! Kalian .....," kataku sambil menunjuk Kevin dan Roby bergantian. Aku tak sanggup meneruskan kalimatku.
"Hehehe.... Ketahuan ya?" kata Kevin cengengesan.