Bersamaan dengan itu nafsu makan Ayah pun mulai tak terkendali. Sepanjang hari ia nyaris tak berhenti mengunyah dan ngemil. Akibatnya dalam sebulan ini ukuran tubuhnya membengkak dua kali lipat dari sebelumnya. Ia suka sekali makan sayuran dan daun-daunan dan mulai mengganti menu makanan hariannya dengan kedua makanan tersebut. Entah apa penyebabnya, sepertinya ia begitu saja memutuskan menjadi seorang vegetarian sejati. Ia tak lagi bekerja menyadap karet sekarang. Bukan karena faktor ukuran tubuhnya yang menghambat aktivitasnya. Tapi karena saat terakhir kali bekerja di kebun Ayah malah membabat habis seluruh dedaunan tumbuhan yang ada di tempat itu di hari pertama. Dan juga seluruh kol yang ada di kebun tetangga pada keesokan harinya. Semuanya disantap habis ke dalam perutnya. Saat ditanya oleh Ibu dengan penuh kesal apa yang telah dilakukannya, Ayah hanya menyeringai dengan wajah tak berdosa dan meneruskan menyantap sebongkah kol bulat yang ada di tangannya.
“Mereka kol-kol yang manis dan lezat!” kata Ayah, seperti orang bodoh, dengan pipi gembil penuh makanan di mulutnya.
Akibatnya Ibu harus mengganti kerugian yang dialami tetangga tersebut dan memintanya tutup mulut agar kabar tentang keanehan Ayah tak tersiar ke seantero kampung. Bagaimanapun Ibu sangat menjunjung tinggi martabat Ayah selaku kepala keluarga kami.
Sementara itu Ayah tak juga menghentikan hobi anehnya menyantap dedaunan. Seperti mesin pemakan Ayah tak berhenti melahap daun apa saja yang disodorkan Ibu padanya. Ibu tak kuasa melarangnya. Pernah suatu kali Ibu sengaja mengunci Ayah di dalam kamar semalaman tanpa memberinya ‘makanan favoritnya’ sama sekali. Lalu keesokan paginya, saat adzan Subuh berkumandang, Pak RT yang hendak melangkah ke surau menemukan Ayah sedang bertengger di atas dahan pohon mangga tetangga depan rumah kami. Mulanya Pak RT mengira kalau Ayah adalah garong atau jin bertubuh gempal yang kesiangan, tapi begitu disorotkannya cahaya senter ke muka Ayah terkejutlah ia dengan apa yang disaksikannya. Coba tebak, seluruh daun yang ada di pohon mangga itu telah gundul, menyisakan ranting-ranting kurus yang kedinginan dihembus angin malam. Ayahlah yang telah mengunyah semua dedaunan itu semalaman.
[bersambung...]
Manusia Ulat Bulu (01)
Manusia Ulat Bulu (02)
Manusia Ulat Bulu (03)
Manusia Ulat Bulu (04)
Manusia Ulat Bulu (06)
Manusia Ulat Bulu (07 - Selesai)
>>Baca dan berlangganan karya saya lainnya disini.
>>Kunjungi juga blog saya di http://sihirkata.blogspot.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H