Bagi seorang jurnalis, pekerjaan kami sehari-hari jelas terikat pada Kode Etik Jurnalistik. Mekanisme kode etik inilah yang sudah pasti tidak dimiliki oleh produsen hoax.
Ada 11 pasal kode etik jurnalistik yang bisa anda cari sendiri di google jika anda belum tahu. Disini saya ingin menggarisbawahi 4 prinsip pokok sebagai intisari dari kode etik. Pertama; mencari kebenaran dan (berani) melaporkannya, meminimalisasi dampak negatif atau kerugian, bertindak independent, dan bertanggung jawab.
Kembali ke soal kecepatan. Mengapa hoax atau berita yang bukan hasil karya jurnalistik bisa laku cepat ketimbang berita terverifikasi? Mari kita lihat analogi Christmas Jaman Now #8. Ketika para penggembala mendengar kabar kelahiran Yesus, yang mereka lakukan adalah 'broadcast messages.'
Pada peringatan hari Natal, atau hari raya lain, kita sering mensimplifikasi ucapan Natal dengan mengirimkan broadcast messages di grup WA. Tidak banyak sentuhan personal kecuali itu adalah sosok yang penting bagi kita. Lantas apa sih motivasi atau dorongan kita membroadcast messages?
Jika penggembala merasa kelahiran Yesus adalah kabar gembira, apakah sehari-hari kita juga melakukan broadcast messages berupa kabar gembira? Atau sebaliknya, kabar kebencian, dan menyebarkan ketakutan? Selamat menjawab pertanyaan ini pada diri anda masing-masing.
KEMANUSIAAN DIUJI
"Malam kudus...Sunyi senyap.. Dunia terlelap..Hanya dua berjaga terus..Ayah bunda mesra dan kudus..Anak tidur tenang.."
Begitulah kidung yang dinyanyikan di gereja. Kidung kisah seorang perempuan muda, seorang perawan, Maria atau Maryam, dengan suaminya, mantan seorang duda, terpaksa pergi dari rumah. Dalam keadaan hamil besar dan diincar oleh Raja Herodes mereka pergi hendak mengikuti sensus penduduk.
Dalam perjalanan, Maria harus melahirkan, sepasang suami-istri ini akhirnya mengungsi di sebuah kandang domba. Maklum, tidak ada penginapan yang hendak menerima mereka. Pasangan ini harus menerima penolakan berkali-kali dalam situasi genting.
Pilihan untuk melahirkan dalam kandang yang tentu tidak mengkilap dan tentu saja bau. Disanalah putra sulung Allah lahir. Dia menjadi manusia seutuh-utuhnya dan sesulit-sulitnya. Yesus namanya.
Ribuan tahun sesudah kelahiran Yesus, semangat itu seharusnya masih sama. Natal akhirnya memberi simbol persatuan keluarga. Simbol Natal juga persatuan Tuhan dengan manusia. Namun, spiritualitas Natal bukan sekadar sukacita, tetapi sebenarnya spiritualitas bertahan dalam tekanan hidup. Bukan sekadar hidup sederhana tetapi hidup yang sangat terbatas.